Collage Innovations Enhancing Preschool Fine Motor Skills Globally
Innovation in Education
DOI: 10.21070/ijins.v25i2.1095

Collage Innovations Enhancing Preschool Fine Motor Skills Globally


Inovasi Kolase Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Secara Global

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Motor Skills Collage Paper Clay Preschool Action Research

Abstract

This study aims to explore the efficacy of collage activities using paper clay media in enhancing fine motor skills among 4-5-year-old children at TK Aisyiyah 2 Porong. Employing a classroom action research (CAR) design, the study progresses through planning, implementation, observation, and reflection stages. Data collection involved observation, documentation, and interviews, analyzed descriptively and quantitatively. The research found that fine motor skills significantly improved, with an average achievement in Cycle I at 70% and Cycle II at 83%. Teacher activity scores also increased from 2.3 to 3.8 between cycles. Results indicate the success of collage activities using paper clay in enhancing fine motor skills. The study underscores the importance of demonstration and practice methods in facilitating children's understanding and proficiency in fine motor activities. The findings offer implications for educators and curriculum developers seeking to enhance fine motor skills in early childhood education through innovative, hands-on approaches.

Highlight:

  1. Improved skills: Collage boosts fine motor skills in preschoolers effectively.
  2. Engaging methods: Demonstrations enhance understanding and engagement in motor activities.
  3. Innovative media: Paper clay fosters creativity and fine motor development effectively.

Keywoard: Motor Skills, Collage, Paper Clay, Preschool, Action Research

PENDAHULUAN

Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah terciptanya tumbuh kembang anak usia dini yang optimal melalui peningkatan pelayanan sekolah, terciptanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam upaya pembinaan tumbuh kembang anak secara optimal, mempersiapkan anak siap masuk pendidikan dasar [1]. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap- tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Salah satu aspek yang harus dikembangkan adalah motorik halus pada anak untuk mempersiapkan ke jenjang berikutnya [2].

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak dan apabila motorik halus anak tidak dilatih sejak dini maka anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Terlebih kemampuan motorik adalah kemampuan dasar yang akan dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan prasekolah sebagai suatu upaya pembinaan yang diberikan kepada anak – anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini ini merupakan pendidikan yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Dalam perkembangannya setiap anak memiliki perbedaan dalam segi kualitas maupun tingkat perkembangannya dan setiap anak memiliki karakteristik tersendiri. Perkembangan motorik anak usia dini merupakan hal terpenting bagi anak dalam menerima rangsangan atau respon dari lingkungan.

Menurut Sujiono, Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh [3]. Motorik berasal dari kata motor yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak adalah suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik [4].

Terdapat tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik, yaitu otak, syaraf, dan otot. Ketika motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melaksanakan masing- masing peranannya secara interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya [5].

Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan otot-otot kecil seperti menulis, meremas, menggengam, menyusun balok yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan. Pertumbuhan fisik pada anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat tetapi ada juga yang mengalami kelambatan. Terlebih kemampuan motorik adalah kemampuan dasar yang akan dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan motorik halus pada anak adalah kesempatan berpraktek. Untuk mempelajari suatu keterampilan motorik seorang anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba melakukannya atau berpraktek sesuai dengan kebutuhannya.

Sumantri menjelaskan kemampuan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan [6]. Walujo, dkk. mengemukakan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata serta tangan [7]. Contohnya, gerakan jari dan pergelangan tangan seperti menggunting dan menulis.

Bambang Sujiono juga mengungkapkan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat [8]. Motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari- jarinya, khususnya ibu jari dan jari telunjuk.

Pengaruh perkembangan motorik terhadap konsistensi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock, antara lain untuk mengibur diri dan mendapatkan perasaan senang, mendorong kemandirian anak, membantu adaptasi, membantu bergaul dengan teman sebaya. Perkembangan motorik anak akan berpengaruh juga terhadap perkembangan lainnya [9]. Perkembangan motorik (motordevelopment) adalah perubahan secara progresif pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan (maturation) dan latihan/pengalaman selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan [10].

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Aisyiyah 2 Porong pada kelompok A terdapat 12 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Ketika anak melakukan kegiatan yang menggunakan kemampuan motorik halus masih ditemukan 9 anak yang masih belum optimal. Ditandai dengan anak yang masih mengalami kesulitan untuk menggerakkan koordinasi mata dan tangan khususnya dalam kegiatan mewarnai dan menempel benda

– benda kecil. Anak-anak masih kesulitan ketika menggunakan jari jemari tangan pada kegiatan menempel bahan yang sudah dipotong atau digunting. Selain itu pada saat kegiatan menempel bahan pada pola gambar, anak – anak menempel bahan tidak sesuai dengan pola bahkan ada yang menempel tidak memenuhi pola gambar. Selain menempel tidak sesuai dengan pola, kegiatan mewarnai juga masih sering keluar garis atau tidak sesuai dengan pola gambar. Dan masih banyak anak-anak yang belum dapat menyelesaikannya dan meminta bantuan pada guru.

Rendahnya kemampuan anak untuk melakukan kegiatan motorik halus disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kegiatan pembelajaran yang tidak variatif, dan dalam proses pembelajarannya guru tidak memanfaatkan dengan baik bahan yang ada di lingkungan sekitar, guru hanya memberikan kegiatan berupa lembar kerja anak. Kegiatan yang sering dilakukan pada media pembelajaran lembar kerja anak untuk mengembangkan kemampuan motorik halus adalah kegiatan menggambar dan menebali kata. Dilihat dari permasalahan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan perlunya diadakan kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan anak untuk mengkoordiansi mata dan tangan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan memperbaiki kualitas pembelajaran melalui kegiatan kolase dengan media paperclayuntuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun adalah dengan cara kolase. Menurut Anandita, kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut collage berasal dari kata coller dalam bahasa Perancis yang berarti merekat [11]. Seni kolase merupakan kegiatan bermain sekaligus berseni yang dapat mengembangkan potensi anak, yang memerlukan bantuan orang tua/guru dalam proses pengerjaan dalam menerapkan kegiatan kolase ini pada anak, sehingga dapat memicu kreatifitas anak sekaligus mengembangkan psikologi anak secara positif. Karya kolase bisa berwujud sebuah karya utuh atau hanya merupakan bagian dari sebuah karya, misalnya lukisan yang menambahkan unsur tempelan sebagai elemen estetis [12].

Menurut Sri verayanti Kolase yang merupakan karya seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan apa saja ke dalam suatu komposisi yang serasi sehingga menjadi kesatuan yang membentuk sebuah karya. Kegiatan kolase sendiri merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, sehingga dengan kegiatan membuat kolase, anak-anak dapat melatih kesabaran, ketelitian, kejelian, kebersamaan dan terutama melatih koordinasi gerak tangan. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya [13]. Kegiatan kolase ini sudah dilakukan akan tetapi media yang dilakukan kurang bervariatif dan juga kurangnya kesempatan berpraktek pada anak. Dengan kurangnya kesempatan anak untuk berpraktek, maka untuk mempelajari suatu kemampuan motorik seorang anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba melakukannya atau berpraktek sesuai dengan kebutuhan anak.

Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan kolase sangatlah bervariasi dan dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Pada umumnya bahan yang digunakan untuk membuat kolase adalah potongan daun, potongan kertas lipat, dan lain – lain. Namun dalam dalam penelitian ini peneliti menggunakan bahan yang tidak berbahaya salah satunya yaitu dengan menggunakan media paperclay.

Media paper clay/bubur kertas yaitu dari kertas bekas yang disobek kecil-kecil, kemudian diberi pewarna makanan sesuai dengan keinginan anak, juga diberi sedikit air dan lem untuk direkatkan pada pola gambar yang akan dibuat kolase. Paper clay ialah benda lunak yang dapat diremas-remas, ditekan-tekan, digulung-gulung dan dibentuk sesuai dengan keinginan anak. Dengan demikian media paper clay dapat melatih jari-jemari tangan dan koordinasi mata anak. Bahan-bahan yang digunakan sangat mudah dicari sehingga dapat mempermudah guru dan anak untuk berpraktek.

Media paper clay merupakan media yang digunakan untuk menstinulasi kemampuan motorik halus. Mayeskey membuktikan bahwa media paperclaydapat digunakan untuk mengembangkan otot kecil juga koordinasi tangan dan mata. Kertas bekas dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dibuat paper clay terlebih dahulu, melalui media paper clay dapat mengembangkan motorik halus anak [14]. Anak dapat membuat berbagai bentuk sesuai dengan yang mereka inginkan serta anak dapat mewarnai bentuk yang sudah jadi sesuai dengan warna yang mereka sukai. Pemanfaatan media dari bahan sederhana maupun dengan bahan bekas yang sudah tersedia yang dibuat sendiri, semuanya harus merupakan media pembelajaran yang efektif diterapkan pada proses pembelajaran.

Penerapan kegiatan kolase dengan media paperclaydalam kegiatan pembelajaran pada anak usia 4-5 tahun bisa mengembangkan kemampuan motorik halusnya diantaranya aktivitas meremas, melipat, merobek, menempel, serta menggunting yang memungkinkan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jarinya. Menurut D. A. Walujo dan A. Listyowati, bahwa setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat [15]. Guru juga harus bisa menarik perhatian anak terlebih dahulu agar anak bisa fokus dan teliti dalam melaksanakan kegiatan kolase yang dipraktekkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media paperclaypada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah 2 Porong dan hasil peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media paper clay pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah 2 Porong.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan kolase dengan media paper clay di TK Aisyiyah

2 Porong. PTK merupakan pendekatan penelitian yang dilakukan dalam konteks kelas atau lingkungan pembelajaran. Mulyana mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan [16].

Subjek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun pada kelompok A yang ada di TK Aisyiyah 2 Porong, dengan total subjek sebanyak 12 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2022 pada semester II tahun ajaran 2021/2022.

Untuk mengukur kemampuan motorik halus, digunakan instrumen pengamatan berupa lembar observasi. Lembar observasi yang akan mencakup indikator-indikator kemampuan motorik halus seperti koordinasi mata- tangan, pemegangan pensil, dan ketepatan gerakan tangan pada kegiatan kolase dengan media paper clay.

Selain itu, juga akan digunakan angket untuk mengevaluasi tingkat minat dan kepuasan anak-anak terhadap kegiatan kolase dengan media paper clay.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi langkah-langkah berikut: Tahap Perencanaan

Melakukan observasi awal terhadap kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun sebelum intervensi dilakukan.

Menyiapkan media paper clay dan peralatan kolase lainnya. Instrumen yang dipakai oleh peneliti guna melakukan pengamatan adalah menggunakan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian), lembar penilaian kemampuan motorik halus usia 4-5 tahun. Adapun kriteria penilaian kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi 4 kategori, yakni BB (Belum Berkembang), MB (Masih Berkembang), dan BSH (Berkembang Sesuai Harapan), dan Berkembang Sangat Baik (BSB).

Tahap Pelaksanaan

Mengadakan sesi kegiatan kolase dengan media paper clay secara berkala selama periode penelitian. Memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anak dalam melakukan kegiatan kolase menggunakan media paper clay.

Tahap Pengamatan

Melakukan pengamatan terhadap kemampuan motorik halus anak-anak selama kegiatan kolase berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif [17]. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang mengembangkan konsep yang didasarkan atas data yang ada, yang ditekankan pada fleksibilitas dan validitas penelitian yang dikaitkan dengan kemampuan peneliti dalam menangkap, menganalisis dan merefleksikan data [18]. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran) [19].

Tahap Evaluasi

Menganalisis data hasil pengamatan untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan motorik halus setiap subjek penelitian.

Menggunakan angket untuk menilai minat dan kepuasan anak-anak terhadap kegiatan kolase dengan media paper clay. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak maka dilakukan dengan membuat perbandingan persentase skor yang diperoleh anak sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan kegiatan kolase dengan media paperclay.

Tahap Refleksi

Merefleksikan hasil evaluasi untuk menentukan tindakan perbaikan atau modifikasi pada tahapan intervensi berikutnya, jika diperlukan.

Data yang telah dikumpulkan dari lembar observasi dan angket akan dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik statistik sederhana seperti persentase atau rata-rata untuk menjelaskan perkembangan kemampuan motorik halus serta tingkat minat dan kepuasan anak-anak dalam aktivitas tersebut. Rumus presentase penilaian meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah sebagai berikut [20]:

Tabel 1 Indikator Penilaian Kemampuan Motorik Halus Usia 4-5 tahun Walujo, dkk. (2017: 23)

Aspek Penelitian Indikator Penilaian
Kemampuan Motorik Halus 1. Anak mampu meremas kertas menggunakan semua jari tangan
2. Anak mampu untuk menyobek kertas
3. Anak mampu untuk menghasilkan suatu bentuk
Table 1.Indikator Penilaian Kemampuan Motorik Halus Usia 4-5 tahun

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

P = 𝐹𝑋 × 100%

𝑁

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka presentase

Adapun tingkat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila semua aspek indikator keberhasilan untuk keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan kolase dengan media paperclaydapat mencapai presentase 80% - 100%. Namun apabila hasil tingkat keberhasilan mencapai presentase 0%-79% maka penelitian tersebut dinyatakan tidak berhasil dengan penerapan kegiatan kolase dengan media paperc lay pada anak usia 4-5 tahun dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Data yang didapat berdasarkan hasil kegiatan pengamatan kemudian diolah menggunakan rumus diatas. Adapun kriteria penilaian keberhasilan sebagai berikut [21]:

1 : Belum Berkembang (BB)

2 : Mulai Berkembang (MB)

3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

4 : Berkembang Sangat Baik (BSB)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah kegiatan penelitian tindakan kelas yang dijalankan dalam beberapa tahap penelitian yaitu mencakup tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media paper clay. Dalam penelitian ini digunakan rumus persentase dan perbandingn untuk melihat peningkatan perkembangan motorik halus anak.

1. Pra Siklus

Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu dilaksanakan tahap pra siklus. Aktivitas yang dilaksanakan pada tahap perencanaan meliputi, menyusun RPP yang akan dipergunakan ketika penelitian, menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan meningkatkan motorik halus melalui kegiatan mewarnai dan menggambar, membuat lembar observasi anak untuk mendata motorik halus anak setiap pertemuan. Pra siklus dilakukan pada hari Selasa tanggal 1 Februari 2022. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelompok A bahwa guru kurang memanfaatkan bahan yang ada di sekitar anak dengan baik, dan pada kegiatan meningkatkan motorik halus guru hanya memberikan kegiatan seperti mewarnai dan menggambar. Hal tersebut, membuat pembelajaran menjadi kurang menarik dan terkesan monoton sehingga anak belum maksimal perkembangan motorik halusnya.

2. Siklus I

Peneliti melakukan penelitian siklus I pada hari Senin tanggal 7 Februari 2022 dan Rabu tangga 9 Februari 2022. Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala keperluan dalam melakukan penelitian, diantaranya adalah: 1) Melakukan diskusi tentang langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan kolase menggunakan media paper clay pada saat tindakan dalam meningkatkan motorik halus; 2) Menyusun RPP dalam meningkatkan motorik halus melalui kegiatan kolase menggunakan media paper clay; 3) Membuat lembar observasi untuk mengamati partisipasi belajar siswa; 4) Mempersiapkan bahan yang digunakan pada kegiatan kolase. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke-1, peneliti menggunakan kolase gambar kura-kura dengan sub tema “binatang air”. Peneliti dibantu oleh satu orang guru dan teman sejawat bertindak sebagai pengamat dan dokumenter penelitian. Adapun kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. Sementara Siklus I pertemuan ke-2, kegiatan awal dimulai dengan anak-anak berdoa sebelum belajar kemudian dilanjut dengan kegiatan inti yaitu kolase untuk meningkatkan motorik halus anak. Pada Siklus I pertemuan ke 2 peneliti menggunakan kolase gambar lumba-lumba dengan sub tema “binatang air”. Peneliti memberi tindakan dan dibantu oleh satu orang guru dan satu orang teman sejawat bertindak sebagai pengamat

selama proses pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, keegiatan inti, kegiatan penutup.

Peneliti menyimpulkan pada kegiatan kolase siklus I Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada Siklus I sudah dalam kategori Mulai Berkembang. Guru masih kurang mampu dalam menguasai kelas, sehingga adanya kendala dalam mengkondisikan kelas. Karena anak-anak juga terlalu antusias ketika melihat paper clay sehingga memakan waktu banyak untuk lebih dulu menertibkan anak-anak dan membuat peraturan saat kegiatan dengan menggunakan paperclay.Adapun revisi untuk aktivitas guru tersebut antara lain guru harus lebih memperhatikan keadaan anak, apakah anak sudah siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran atau tidak. Sehingga dibutuhkan kegiatan-kegiatan hiburan seperti membuat game sebelum memulai pembelajaran untuk melatih konsentrasi anak atau dengan bernyanyi yang turut diikuti dengan penerapan aturan dalam kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Guru dapat lebih siap dalam mempersiapkan segala kebutuhan sebelum kegiatan mengajar, seperti media, tata ruangan kelas dan lainnya serta dapat meningkatkan motorik halus anak untuk melakukan kegiatan kolase, sehingga anak tidak bosan saat menerima pembelajaran tersebut.

Sementara itu peningkatan motorik halus pada Siklus I mendapatkan hasil tingkat keberhasilan 56%. Anak-anak masih belum rapih dan masih keluar garis dalam menempel paper clay anak-anak masih belum mampu dalam kegiatan kolase juga perlu adanya bantuan dari guru. Adapun revisi untuk meningkatkan motorik halus anak adalah guru perlu membantu anak untuk dapat mengerti penggunaan media yang dilakukan. Guru lebih memberikan penguatan materi/tema yang diajarkan.

3. Siklus III

Siklus ini dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Februari 2022 dan hari Rabu tanggal 16 Februari 2022. Pada tahap ini peneliti merancang dan mempersiapkan beberapa kebutuhan yang diperlukan dan digunakan saat melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun hal yang dipersiapkan yaitu sebagai berikut: 1). Berkolaborasi dengan guru kelompok A (Fitriyah S.Pd) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian RPPH dengan sub tema “binatang air”; 2). Mempersiapkan ruang kelas, agar setiap anak dapat melihat ke satu arah saat guru nantinya mempraktekkan cara kolase menggunakan paper clay; 3). Mempersiapkan media yang akan digunakan yaitu paperclay; 4). Mempersiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi checklist yang didalamnya memuat nama anak, indikator meningkatkan motorik halus; 5). Mempersiapkan kamera guna mendokumentasikan aktivitas permainan anak jika diperlukan. Pelaksanaan tindakan yaitu menggunakan media paper clay dilaksanakan pada kegiatan awal dan kegiatan inti. Tema pada Siklus II adalah masih dengan sub tema yang sama yaitu “binatang air”. Kegiatan pembelajaran di TK Aisyiah 2 Porong ini berlangsung dari pukul 08.00-11.00 WIB. Berikut merupakan penjabaran pelaksanaan tindakan penelitian. Pada siklus II pertemuan ke-1 anak-anak melakukan kegiatan kolase dengan media paper clay dengan gambar kura-kura, pada saat kegiatan kolase berlangsung anak- anak sangat antusias dalam mengerjakannya, kemudian pada siklus II pertemuan ke-2 kegiatan kolase dengan media paperclaymasih sama menggunakan gambar kura-kura, karena menurut anak-anak gambar kura-kura lebih menarik dan lebih memudahkan anak-anak dalam melakukan kegiatan kolase dengan media paper clay. Setelah semua kegiatan sudah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada Siklus II adalah mengalami peningkatan. dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, pada pertemuan ke- 2 mencapai nilai maksimal yaitu Berkembang Sangat Baik. Pada Siklus ini guru sudah mampu mengkondisikan anak lebih baik dan pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan di RPPH. Untuk meningkatkan motorik halus anak dengan penggunaan kolase dengan media paperclaydidukung dengan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Sehingga peningkatan motorik halus anak terus meningkat.

Sementara itu peningkatan motorik halus Siklus II mendapatkan hasil tingkat keberhasilan 84%. Motorik halus anak pada Siklus II semakin baik dan meningkat. Serta telah memenuhi kriteria keberhasilan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada Siklus I dan Siklus II, maka dapat diketahui bahwa anak sudah mengalami perbaikan motorik halusnya. Oleh karena itu, peneliti menghentikan tindakan dan guru melanjutkan kembali membimbing anak terutama anak yang masih kesulitan dalam melakukan kegiatan.

Berdasarkan hasil penerapan kegiatan kolase dengan media paperclaydalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah 2 Porong menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus. Hal ini terlihat dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Berikut adalah tabel rekapitulasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media paperclay.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase dengan Media paperclay

Prasiklus, Siklus I, Siklus II

No. Nama Anak Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai % Nilai % Nilai %
1 A 3 25% 6 50% 9 75%
2 R 4 33,3% 7 58,3% 10 83,3%
3 T 6 50% 7 58,3% 10 83,3%
4 S 6 50% 8 66,6% 12 100%
5 K 3 25% 8 66,6% 12 100%
6 D 4 33,3% 6 50% 10 83,0%
7 F 6 50% 8 66,6% 12 100%
8 G 4 33,3% 6 50% 10 83,3%
9 U 3 25% 6 50% 9 75%
10 V 5 41,6% 6 50% 9 75%
11 Y 4 33.3% 6 50% 9 75%
12 R 3 25% 7 58,3% 9 75%
Hasil Prosentase Pra siklus 35,4%( MB ) Siklus I 56,22%( BSH ) Siklus II 84,40%( BSB )
Table 2.Hasil Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase dengan Media paperclay Prasiklus, Siklus I, Siklus II

B. Pembahasan

Penerapan Kegiatan Kolase dengan Media Paper Clay Untuk Meningkatkan kemampuan Motorik Halus

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan berkolaborasi bersama guru kelompok A dengan tema Binatang dengan sub tema Binatang air diperoleh hasil yaitu, Pada Siklus 1 didapatkan kriteria keberhasilan adalah 56%. Hal ini ternyata belum mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan, oleh karena itu dilaksanakan Siklus II dengan sedikit perubahan metode. Pada pelaksanaan Siklus II dilakukan kembali kegiatan kolase, tanya jawab, dan guru mengajak anak untuk menggulangnya kembali.

Pada Siklus II guru mengajarkan kembali tema Binatang dilanjutkan dengan sub tema Binatang air. Hanya saja berbeda dengan Siklus I jika siklus I anak-anak kolase dengan gambar berbeda pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 pada Siklus II anak diminta untuk kolase dengan media paper clay dengan gambar yang sama pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2, gambar yang di kolase yaitu gambar kura-kura. Anak-anak terlihat lebih antusias dalam mengkolase gambar tersebut. Pada Siklus II dapat dilihat peningkatan motorik halus anak pada anak mencapai nilai kriteria keberhasilan yaitu 84%.

Setelah dilakukannya penelitian di TK Aisyiah 2 Porong, khususnya pada kelompok A, ternyata mendapatkan hasil yang sangat memuaskan bagi peneliti dan guru kelas. Hasil dari penelitian penggunaan kolase dalam meningkatkan motorik halus anak ternyata mendapatkan hasil yang positif.

Penelitian yang dilaksanakan di kelompok A TK Aisyiah 2 Porong ini berawal dari sebuah permasalahan bahwa kemampuan anak khususnya dalam meningkatkan motorik halus anak belum berkembang maksimal. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada Siklus I dan II masuk dalam katagori sangat baik. Faktor yang menjadi pendukung keberhasilan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dan meningkatkan motorik halus anak adalah karena tersedianya pembelajaran yang dapat membantu anak dalam kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran didukung oleh sarana dan prasana seperti media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses kegiatan belajar sehingga lebih efektif dan menarik.

Hasil Penerapan Kegiatan Kolase Untuk Meningkatkan kemampuan Motorik Halus

Peningkatan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiah 2 Porong pada kelompok A belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan. Terbukti dari hasil pengamatan pada penelitian awal yang dilakukan peneliti. Anak belum mampu untuk meningkatkan motorik halus, dan koordinasi mata dengan tangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru kelas A diperoleh hasil yaitu, peningkatan motorik halus anak pada kelompok A TK Aisyiah 2 Porong meningkat secara bertahap, hal ini dapat dilihat pada Siklus I rata- rata 56% meningkat pada Siklus II menjadi 84%. Pelaksanaan pembelajaran penggunaan kolase dalam meningkatkan motorik halus anak dihentikan pada siklus II.

KESIMPULAN

Penerapan Kegiatan Kolase dengan media paper clay untuk meningkatkan kemampuan Motorik Halus pada anak usia 5-6 tahun pada kelompok A di TK Aisyiah 2 Porong terdiri atas pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada Pra Siklus dilakukan refeksi untuk siklus I. Pada Siklus I mencakup dua kali pertemuan, yang mengajarkan tema binatang air untuk membuat kolase. Pada pelaksanaan Siklus II, dilakukan dua kali pertemuan juga yang dilakukan kembali kegiatan kolase, tanya jawab, dan guru mengajak anak untuk menggulangnya kembali. Peneliti melakukan kegiatan kolase dengan media paperclaydengan tema binatang air.

Hasil peningkatan kemampuan motorik halus anak berhasil meningkat dengan kegiatan kolase pada kelompok A di TK Aisyiah 2 Porong, hal ini terbukti dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan rata-rata ketercapaian anak pada Siklus I 56% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan pada Siklus II mencapai 84% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB). Jadi peningkatan motorik halus anak meningkat pada Siklus II. Aktivitas guru dalam meningkatkan motorik halus pada anak di TK Aisyiah 2 Porong dilakukan selama II Siklus pada proses pembelajaran.

Dari hasil perbaikan dan pengayaan yang peneliti lakukan selama Pra Siklus, Siklus I sampai Siklus II dapat ditarik kesimpulan, metode demonstrasi dan praktek sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan kolase dengan media paper clay sehingga anak betul-betul memahami kegiatan yang diberikan. Dengan menggunakan media paper clay yang mudah dibuat dan mudah dikenal anak maka anak cepat untuk memahami tentang proses kegiatan yang diharapkan oleh peneliti. Sehingga yang diharapkan peneliti dapat tercapai. Yaitu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media paper clay pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah 2 Porong.

References

  1. M. Fadlillah, "Desain Pembelajaran PAUD," Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, Indonesia, 2012.
  2. C. N. Aulina, "Buku Ajar Metodologi Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini," Umsida Press, Sidoarjo, Indonesia, 2017.
  3. B. Sujiono, "Media Pengembangan Fisik," Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia, 2008.
  4. S. Aisyah, "Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.," Erlangga, Jakarta, Indonesia, 2012.
  5. L. Fridani, "Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini," Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia, 2011.
  6. M. S. Sumantri, "Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini," Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Indonesia, 2005.
  7. D. A. Walujo and A. Listyowati, "Kompendium PAUD : Memahami PAUD Secara Singkat," Penadamedia Group, Depok, Indonesia, 2017.
  8. B. Sujiono, "Media Pengembangan Fisik," Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia, 2008.
  9. E. B. Hurlock, "Psikologi Perkembangan," Erlangga, Jakarta, Indonesia, 1996.
  10. R. Hildayani, "Psikologi Perkembangan Anak," Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Indonesia, 2013.
  11. Anandita, "Seni Kolase," Multi Kreasi Satudelapan, Jakarta, Indonesia, 2010.
  12. S. Solichah, "Keterampilan Kolase," Indo Publika, Yogyakarta, Indonesia, 2017.
  13. S. Muharrar and S. Verayanti, "Kolase, Montase, Mozaik Sederhana," Erlangga, Jakarta, Indonesia, 2012.
  14. M. Mayesky, "Creative Activities for Young Children," Cengage Learning, 2011.
  15. D. A. Walujo and A. Listyowati, "Kompendium PAUD : Memahami PAUD Secara Singkat," Penadamedia Group, Depok, Indonesia, 2017.
  16. H. E. Mulyana, "Praktik Penelitian Tindakan Kelas," Remaja Rosdakarya, Bandung, Indonesia, 2010.
  17. Z. Aqib, "Penelitian Tindakan Kelas," Yrama Widya, Bandung, Indonesia, 2007.
  18. S. Arikunto, "Penelitian Tindakan Kelas," PT Bumi Aksara, Jakarta, Indonesia, 2010.
  19. V. W. Sujarweni, "SPSS untuk Penelitian," Pustaka Baru press, Yogyakarta, Indonesia, 2014.
  20. Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Alphabeta, Bandung, Indonesia, 2019.