Social Media's Impact on Global Purchasing Decisions via Key Insights
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v25i1.1092

Social Media's Impact on Global Purchasing Decisions via Key Insights


Dampak Media Sosial terhadap Keputusan Pembelian Global melalui Wawasan Utama

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Social media Purchase decisions Follower count Entertainment E-WOM

Abstract

This study examines the influence of social media on purchase decisions, focusing on entertainment, trendiness, and electronic word of mouth (E-WOM), with follower count as an intervening variable. Conducted on followers of the "SECACA.ID" social media account, the research utilized a quantitative approach with 100 respondents. Results indicate that entertainment significantly affects purchase decisions independently, while trendiness influences both directly and indirectly. E-WOM requires follower count as an intervening variable to impact purchase decisions. The findings suggest businesses focus on enhancing content quality and attractiveness on social media to influence consumer behavior positively, considering follower count as well. Further research with larger samples and broader contexts is recommended to validate and extend these findings.

Highlight:

  1. Entertainment Directly Affects Purchases
  2. Follower Count Moderates E-WOM Impact
  3. Enhance Content Quality for Better Influence

Keywords: Social media, Purchase decisions, Follower count, Entertainment, E-WOM

Pendahuluan

Aktifitas pemasaran yang telah berubah secara subtansi di dua puluh tahun terahir, bergesernya pemasaran tradisonal ke pemasaran social media terus berkembang dan popular saat ini.[1] social media mengubah pasar dengan pen garuh besar, membantu pelanggan dalam mencari, mengevaluasi, memilih dan memilah kebutuhan.[2][3][4] komunikasi yang dijalankan pada pemasaran dengan menggunakan media sosial dirasa lebih tulus karena pada sosial media mementingkan memperkenalkan merek dibanding citra produknya, sehingga perusahaan dapat lebih mudah dikenal dipasar.[5] sosial media memudahkan orang orang untuk berinovasi secara virtual, sehingga mempermudah komunikasi anggota menjadi lebih aktif.[6][4] para pelaku UMKM yang menjadikan sosial media sebagai alat untuk mempromosikan produk atau jasa sehingga lebih mudah untuk menarik para konsumen.[3] c

Potensi pasar didunia sosial media cukup besar diera ini, pengguna internet ditahun 2022 saja mencapai 4,95 milyar didunia, sedang diindonesia sendiri mencapai 204 juta lebih pengguna internet khususnya website, media sosial, dan google bisnisku. Sumber [7] Di Indonesia sendiri media sosial sudah cukup dikenal, berbagai situs media sosial yang ada sudah beragam, ada Instagram, facebook, tiktok, whatsapp, dan lain sebagainya. Pertumbuhan penggunaan sosial media hingga tahun 2021 hingga sekarang mengalami kenaikan hingga 10% dari total populasi yang ada di Indonesia dengan sumber data[8]. Dari pertumbuhan media sosial yang terus meningkat banyak menjadi pertimbangan para pengusaha untuk menjadikan sosial media sebagai alat usahanya.[9] sosial media dianggap sebagai bentuk pendekatan dari mulut kemulut dengan jangkauan yang lebih luas sehingga sulit untuk dikontrol.[10][11] dan digital marketing berpengaruh terhadap keputusan pembelian.[12]

Didalam penelitain [13] dengan judul “Impact of social media marketing features on consumer’s purchase decision in the fast-food industry: Brand trust as a mediator”( Dampak fitur pemasaran media sosial terhadap keputusan pembelian konsumen di industri makanan cepat saji: Kepercayaan merek sebagai mediator) yang merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan AMOS21 sebagai alat untuk mengukur datanya, sosial media marketing sebagai variabel X dengan interajtifitas, informatif, hiburan, persepsi relevansi sebagai indikatornya, kemudian keputusan pembelian sebagai variabel Y , dan juga kepercayaan merek sebagai variabel mediator, hasil dari penelitian ini menegaskan betapa pentingnya kepercayaan merek dalam memprediksi keputusan pembelian. Dan menemukan bahwa keinformatifan,persepsi relevansi, interaktivitas berpengaruh posistif terhadap keputusan pembelian. Penelitian kedua [14] dengan judul “Transforming consumers’ intention to purchase green products: Role of social media” ( Mengubah niat konsumen untuk membeli produk ramah lingkungan: Peran media sosial) yang merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan PLS-SEM sebagai alat ukur untuk datanya, variabel dalam penelitian ini media sosial,dan niat beli. Kontribusi yang menjadi tujuan dalam penelitaian ini mengetahui perilaku konsumen dalam pasar produk yang ramah lingkungan menggunakan sosial media. Hasil penelitaian ini mengatakan bahwa penggunaan media sosial berkorelasi positif dengan SN ( subjectif normal) dan PBC( control prilaku yang dirasakan) tetapi memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan sikap. Selain itu, SMU( sosial media usage) menjadi variabel moderating yang kuat dalam hubungan antara AT( attitude) dan GPI (green product khowladge).Pada kedua penelitian diatas mengatakan bahwa sosial media memiliki pengaruh atau hubungan yang signifikan namun ditemukan pada jurnal ketiga [15] dengan judul “An examination of the factors affecting consumer’s purchase decision in the Malaysian retail market” (Pengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di pasar ritel Malaysia) penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis spss 19 dan model persamaan structural pada AMOS. Variabel penelitian ini tanggung jawab sosial perusahaan,pemasaran media sosial,promosi penjualan, lingkungan toko, nilai yang dirasakan sebagai variabel independent(X) dan keputusan pembelian sebagai variabel dependent (Y). dari kedua penelitain diatas mmenyatakan bahwa sosial media berpengaruh terhadap keputusan pembelian namun berbeda pada penelitian ketiga yang menyatakan bahwa sosial media tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian hal ini yang membuat peneliti melakukan penelitian Kembali pada sosial media terhadap keputusan pembelian dengan menambahkan jumlah follower variabel intervening. Dari perbedaan hasil pada ketiga penelitian inilah peneliti ingin melakukan penelitian ulang terkait dampak sosial media terhadap keputusan pembelian dengan menambah jumlah folowers sebagai variabel intervening. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah conten sosial media dapat berpengaruh terhadap jumlah follower?, kemudian apakah conten sosial media dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian?, dan apakah jumlah follower berpengaruh terhadap keputusan pembelian?.

Sosial media adalah sebuah media yang dibuat untuk disebarkan dalam interaksi sosial, yang dibuat dengan akses yang mudah digunakan dalam mendukung kegiatan interaksi sosial menggunakan teknologi berbasis internet dan web.[2] dalam kehidupan saat ini media sosial sudah menjadi hal yang tidak mampu dipisahkan untuk menjangkau para konsumen.[16]pada penggunaan platform media sosial startup digunakan untuk postingan yang mengarah pada informasi untuk mempromosikan produk atau jasanya agar dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, sehingga dapat menciptakan kesadaran, minat, keinginan,dan niat membeli pada produk atau jasa startup.[17] pada perilaku konsumen dalam memilih produk atau jasa tidak hanya dilihat dari tujuan pemenuhan kebutuhan melainkan berapa biaya dan bagaimana kepuasan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan itu sendiri.[18]bagaimana, untuk apa, kapan,mengapa orang memilih untuk berbelanja merupakan studi yang harus diperhatikan dalam perilaku konsumen. Saat konsumen memilih untuk membeli langka yang akan dilakukan adalah mengenal, mencari informasi,evaluasi pembelian,dan melihat umpan balik.[19]

Namun hanya memiliki sosial media tanpa konten yang bagus, sosial media tidak mampu berjalan dengan bagus karena perlu adanya berbagi informasi dan postingan agar perusahaan mengenalkan produknya kepada para pengikut sosial medianya.[20] Keterlibatan sebuah konten pada sosial media begitu penting dalam menarik pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan, dengan kondisi demikian perusahaan perlu memikirkan dan memberikan konten yang menarik. Content marketing sendiri adalah bentuk Teknik yang dilakukan oleh perusahaan dalam membagikan pengetahuan yang berharga terkait dengan produk atau jasa secara konsisten dengan tujuan mencapai pangsa pasar bersama dengan pertambahan pertumbuhan pelanggan yang menguntungkan.[21] sedang sosial media adalah program internet yang dapat digunakan sebagai alat untuk membuat dan membagikan content oleh pengguna. [22] semakin populernya internet dan sosial media yang terus berkembang secara nyata dan saat manusia beralih kedunia virtual dimulai pada saat dunia terkena dampak pandemic covid 19 menunjukkan betapa pentingnya content dalam menunjang berjalannya dunia bisnis semakin membuat sadar distribusi konten yang handal dan unik dapat membantu untuk memberi keuntungan kepada kita. [23] konten mampu dijadikan sebuah alat pemasaran dengan biaya yang murah namun dapat memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.selain itu kesadaran akan produk atau jasa pada perusahaan juga bisa lebih cepat meningkat. Content yang bagus tentu diperlukan agar strategi pemasaran marketing dapat berjalan sesuai tujuan. Dalam hal ini dalam menggunakan konten sosial media marketing perlu melakukan penelitian dalam membuat pemasaran conten untuk memenuhi minat konsumen. [24] pada saat content dianggap tidak memiliki hubungan, tidak menarik, kurang lucu, kurangnya pembaharuan dan beberapa masalah bentuk content lainnya memiliki dampak pada pengikut atau penikmat produk pada suatu perusahaan. [25]

Pemasaran sosial media yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan diakhir akhir tahun ini.[14] sosial media membuat para konsumen lebih mudah untuk berinteraksi secara langsung dan dapat dijadikan alat untuk berbagi informasi, dengan review membantu konsumen dalam melihat kualitas produk sehingga membantu konsumen dalam meyakinkan diri dalam pengambilan keputusan pembelian. Hal ini memungkinkan konten yang ada pada sosial media dapat mempengaruhi konsumen dalam mencari informasi terkait produk atau jasa secara lebih detail.[26][27] indikator sosial media adalah interaktifitas, informatif, hiburan dan persepsi relevansi. Berbagai bentuk penyajian content yang dapat kita gunakan seperti dalam bentuk video pendek yang mengemas informasi terkait produk atau jasa yang ingin ditawarkan. Kreatifitas ide sangat diperlukan dalam pembuatan content, kepuasan akan informasi yang diberikan tentu berpeluang untuk menarik para konsumen agar bisa membeli atau menggunakan jasa. Penyesuaian penyajian content diperlukan dengan platform apa yang akan digunakan sehingga membuat para pembaca atau penikmat menjadi tertarik dan mendapatkan informasi yang tepat.[28] [29] Inovasi teknologi digital dan sosial media yang secara signifikan merubah perilaku konsumen dalam menggunakan sosial media untuk membuat keputusan pembelian.[30][31] keputusan pembelian adalah bentuk output utama dalam hal belanja online. Menurut Kotler & Armstrong dalam [32] keputusan pembelian adalah sebuah bentuk tahapan dalam pengambilan keputusan yang mana konsumen benar benar membeli. Didalam pembelian Konsumen online mengharapkan transaksi dapat dilakukan dengan cara sederhana sehingga mampu merasa puas dan menikmati dalam melakukannya.[29]keputusan pembelian adalah bentuk proses pengambilan keputusan terkait transaksi pembelian barang atau jasa yang telah ditawarkan.[21] pembelian dengan platform online atau sosial media merupakan bentuk penerimaan teknologi yang menyebabkan proses selanjutnya yang disebut proses pasca pembelian. Proses pasca pembelian ini melibatkan bentuk aktifitas seperti halnya pembelian ulang dari platform yang sama.[33] Sosial media marketing membantu mengidentifikasi bentuk respon konsumen dengan mendorong agar para konsumen dapat mendapat informasi melalui bentuk entertainment, interactivity, trend, customization, dan electronic word of mouth untuk menghasilkan kepercayaan calon konsumen dalam membuat keputusan yang tepat.[34][35]

Persaingan yang terjadi diera digital membuat pasar memilih pendekatan melalui sosial media untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan para konsumen.[13] menyoroti indikator sosial media bekerja dalam aspek marketing dapat terjadi jika apa yang ditampilkan pada sosial media terkonsep dengan benar. 3 indikator sosial media yang akan didalami pada penelitian ini yaitu entertainment, trend dan electronic word of mouth. Perilaku konsumen yan mendasari konten pada sosial media dapat dijadikan sebuah strategi pemasaran karena mempengaruhi orang-orang yang melihat konten lebih mudah dibanding orang yang tidak melihat konten. [36] bentuk konten sendiri menjadi tolak ukur agar para penikmat sosial media tetarik pada konten yang ada atau tidak, dan diera sekarang konsep entertainment dalam menyebarkan informasi cukup digemari karena dengan kemasan yang mampu dinikmati dan menarik untuk diikuti memperbesar peluang atas apa yang akan diputuskan oleh konsumen untuk sekedar mengikuti akun sosial media atau membeli produk atau jasa yang ada pada akun sosial media. Bagi cortois mengatakan pada penelitiannya bahwa yang menjadi tujuan utama para konsumen dalam menikmati konten adalahkesenangan dan pelarian yang sekaligus dijadikan sebagai indikator entertaimen.[37] Selain dari itu komponen penting pada sosial media yaitu dengan menyediakan informasi sesuai dengan keadaan sekarang atau tren yang terjadi dimasyarakat, dengan topik topik terbaru dapat diangkat dan dipergunakan sebagai upaya menarik pelanggan untuk mengikuti akun sosial media. Kemudian komponen sosial media lainnya yaitu electronic word of mouth yaitu sikap dimana para penikmat konten yang merasa puas atau tertarik akan penyajian pada konten mendorong mereka untuk membagikan informasi kepada kerabat atau teman sosial medianya hal demikian menjadikan peluang bagi pemilik akun untuk mendapat follower baru serta secara tidak langsung membuka peluang mendapat konsumen baru untuk mempunyai keputusan untuk membeli barang atau jasa. [38]

Sosial media menjadi pengaruh pasar yang besar diera saat ini, tanggapan mengenai sebuah produk dan jasa pada sosial media dapat lebih mudah terpantau oleh para konsumen. Para pengguna sosial media yang menjadi mangsa pasar untuk para pengusaha saat ini, akun akun dibentuk khusus untuk dijadikan alat untuk melakukan promosi. Secara tidak sadar sosial media menjadi kan kita lebih mudah terpengaruh dengan adanya informasih yang kita baca dan temui didalamnya. Fenomena yang terjadi membuat kita mudah percaya dengan apapun yang telah terlihat, menganggap semuanya benar sehingga situasi seperti ini berpengaruh penting terhadap keputusan. Sosial media yang dikelola baik dapat terlihat dari bagaimana dan berapa jumlah follower yang mengikuti sosial media tersebut. Jumlah follower sendiri memiliki nilai pengaruh terhadap seberapa terkenalnya sebuah akun sehingga apapaun yang disajikan pada akun sosial media dapat mudah dikenal. Di era perkembangan sosial media saat ini jumlah follower mempermudah untuk para pedagang untuk memperkenalkan ke exsistensian sebuah produk Dengan melihat jumlah follower menjadi faktor mempengaruhi niat beli para konsumen karena dengan berapa banyak follower dapat diyakini bahwa banyak orang yang meyakini produk yang ditawarkan. [39] Fenomena banyaknya jumlah follower akan suatu akun sosial media tentu tidak semua kalangan dapat dipengaruhi, karena tidak sedikit akun-akun yang dengan sengaja membeli follower untuk membuat seolah olah brand atau perusahaannya dikenal banyak orang. Dalam penelitian terhadulu mengatakan bahwa pada generasi Z tingkat kesadaran terhadap sebuah merek dapat dipengaruhi oleh jumlah follower, namun tidak dengan keputusan pembelian, karena generasi Z sadar terkait pembelian jumlah follower pada akun sosial media sebuah brand atau perusahaan.[40] Dikatakan pada penelitan terdahulu bahwa jumlah follower memiliki pengaruh langsung pada niat beli sekaligus juga memoderasi dengan daya Tarik tinggi pada niat beli terhadap keputusan pembelian.[41] kemudian pada penelitian lainnya [42] menjadikan jumlah follower sebagai variabel moderasi dan mengatakan bahawa semakin tinggi jumlah pengikut akun sosial media makan dapat digunakan untuk jangkauan yang lebih luas, sehingga kedua jurnal ini yang menjadikan alasan kuan kenapa peneliti menjadikan jumlah follower sebagai variabel intervening pada penelitian ini.

Pengambian keputusan yang dilakukan oleh konsumen merupakan tahap sebelum melakukan pembelian. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambalian keputusan mengenai tempat pembelian, merek yang diinginkan, jumlah pembelian,jumlah uang yang akan dikeluarkan, dan cara bayar. keputusan tersebut dapat dipengaruhi bentuk informasi yang didapat oleh konsumen.[15][43] keputusan pembelian sendiri memiliki arti proses pengambulan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dalam memilih barang atau jasa.[44] Penjabaran kondisi diatas kemudian terbentuk hipotesis:

H1: entertainment berpengaruh terhadap jumlah follower

H2: trendines dapat berpengaruh terhadap jumlah follower

H3: electronic word of mouth berpengaruh terhadap jumlah follower

H4: entertainment dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian

H5: trendines dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian

H6: electronic word of mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian

H7:Jumlah follower berpengaruh terhadap keputusan pembelian

H8: entertainment dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening

H9: trandinnes dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel interveing

H10: electronic word of mouth dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening

Dari berbagai hipotesis diatas dapat tergambar kerangka penelitian dibawah ini:

Figure 1. Kerangaka Penelitian

Dalam kerangka konsep diatas digambarkan beberapa hipotesis pada penelitian ini. Hipotesis sendiri merupakan bentuk jawaban dari sebuah masalah namun bukan berdasarkan fakta yang ada. Hipotesis terbentuk karena adanya pengumpulan teori yang relevan.[45]

Metode

Kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini merupakan untuk mendapat jawaban dari sebuah fenomena dengan sistematis dalam bentuk angka-angka yang analisis statistic yang kemudian membuat peneliti menentukan bahwa jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif untuk menjawab hipotesis dan tujuan penelitian.[1]

Penelitian ini dilakukan diseluruh akun media sosial “SECACA.ID ” yaitu akun Instagram, facebook, dan tiktok untuk lebih memahami perilaku konsumen dan persepsi mereka tentang conten pada sosial media. Pendekatan pada penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Sebelum melalui proses pengumpulan data perlu adanya rancangan kuesioner terlebih, kuesioner terdiri dari berbegai item pengukuran yang diperoleh dari masing-masing variabel. Pembuatan kuesioner dilakukan dengan membentuk item pengukuran yang diperoleh dengan mengadaptasi dari penelitian sebelumnya. Yang mana ada beberapa bagian yang pertama bagian tentang informasi terkait responden misalnya jenis kelamin, usia dan Pendidikan, jenis akun sosial media yang digunakan dan lain lain.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengikut akun sosial media “SECACA.ID”. Teknik sampel yang digunakan adalah non probability samplingdengan purposive sampling dalam menentukan sampel penelitiannya. Tahap selanjutnya setelah menentukan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menyebarkan kuesioner pada pengikut akun sosial media “SECACA.ID” sebanyak 100 orang, kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mendapat dan mengetahui bentuk respon dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang telah disiapkan untuk diberikan kepada sample yang ditentukan. jawaban dari kuesioner yang disiapkan merupakan jawaban dalam bentuk skala likert. Setalah semua data telah terkumpul dan mendapat respon yang diharapkan kemudian data diukur menggunakan alat ukur yakni SEM-PLS, variabel dalam penelitian ini conten sosial media, keputusan pembelian dan jumlah follower sebagai variabel intervening.

SEM-PLS merupakan model persamaan struktural dengan kuadrat terkecil parsial dalam hal ini penelitian ini diukur menggunkan perangkat lunak smartPLS 3.0 sebagai alat untuk menganalisis hubungan yang diajukan dalam hipotesis. Berikut gambar tahapan yang dilakukan pada penelitian ini:

Figure 2. Diagram Alur Metodologi Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Responden

Penelitian dilakukan pada akun sosial media “SECACA” dan ditemukan bahwa jumlah follower akun instragram secaca.id lebih banyak dibanding dengan akun sosial media milik secaca lainnya. Dan pada saat penyebaran angket yang dilakukan dengan cara mengirimkan melalui follower akun sosial media secaca ditemukan akun akun pengikut sosial media secaca yang sudah tidak aktif hal ini dibuktikan dengan gagalnya pengiriman angket yang telah dikirim. Hal ini membuat peneliti melakukan survei untuk menemukan para konsumen dan memberikan kuesioner kepara para konsumen. Dijelaskan pada diagram yang terdapat pada hasil olah data google form.

Figure 3. Grafik Akun Sosial Media Secaca

Dijelaskan pada diagram yang terdapat pada hasil olah data google form diatas bahwa para konsumen mengenal secaca dari akun sosial media, dan mengikuti instragram sebesar 37,9%, facebook sebesar 20% , tiktok sebesar 10,5% dan 31,6% mengikuti seluruh akun sosial media secaca. Dari sini dapat dikatakan bahwa sosial media punya pengaruh untuk keputusan pembelian para konsumen.

Figure 4. Pemodelan Persamaan Structural

Data analisis yang digunakan dikelola menggunakan SEM-PLS dengan analisis pengukuran outer model yaitu konsistensi internal,validitas konvergen, dan validitas diskriminasi. Konsistensi internal adalah menilai bentuk konsistensi sebuah hasil dari lintas item yang digunakan pada kuesioner yang disebar dan nilai ini disebut dengan nilai reabilitas, dan pengujian ini menggunakan nilai composite reability adapun nilainya pada gambar dibawah ini:

Figure 5.Hasil Uji Reliabilitas (Composite Reability)

Ketentuan pada sebuah hasil penelitian dikatakan signifikan dapat dilihat dari kolom cronbach’s alpha yang mana nilainya harus >0,7 dan dapat dilihat pada kolom diatas pada valiabel entertainment adalah 0,984, variabel jumlah follower adalah 0,898 sedang variabel keputusan pembelian 0,954 lalu variabel trendiness adalah 0,934 dan yang terahir variabel electronic word of mouth adalah 0,920 yang mengartikan seluruh variabel memiliki nilai lebih daro 0,7 dan signifikan. Uji reliabilitas juga dapat dilihat dari kolom rho_A dengan nilah lebih dari 0,7 sedang pada gambar diatas masing-masing nilai variabelnya >0,7 yaitu 0,987 untuk entertaiment, lalu 0,899 untuk variabel jumlah follower dan untuk keputusan pembelian 0,955 sedang untuk trendiness 0,935 dan terahir untuk variabel electronic word of mouth 0,924. Nilai signifikan atau tidak pada uji reliabilitas juga dapat dilihat dari kolom AVE dengan ketentuan >0,5 dan pada kolom AVE pada gambar 4 menunjukkan nilai 0,845 untuk variabel entertainment, 0,663 untuk variabel jumlah follower, 0,644 untuk keputusan pembelian, 0,752 untuk variabel trendiness dan terahir 0,677 untuk variabel electronic word of mouth. Kedua yaitu validitas konvergen merupakan pengukuran korelasi yang digunakan untuk menilai indicator dari variabel konstruk dengan ketentuan nilai outer loding > 0,7 agar indicator dapat dikatakan dengan valid. Berikut hasil dari analisis yang telah didapatkan dalam penelitian ini:

Signifikasi koefisien jalur model structural dalam hal ini dibagi dua jenis pengujian yaitu pengujian secara langsung atau pengaruh langsung dan pengujian pengaruh secara tidak langsung. Didalam pengujian secara langsung dapat dilihat dari nilai koefisien jalur positif yang artinya kenaikan pada nilai suatu variabel diikuti dengan kenaikan dari variabel lainnya nilai postif yang dimaksd yaitu jika nilai P-Value < dari 0,005. Dengan begitu artinya H0 ditolak dengan kata lain pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya adalah signifikan. Berikut gambaran hasil dari penelitian pada gambar dibawah ini:

Figure 6.Hasil Analisis Pengaruh Langsung Masing - Masing Variabel

Dari gambar 6 diatas dikatakan bahwa variabel entertainment terhadap jumlah follower nilai p values adalah 0,945 yang artinya Ho diterima sedang pada variabel entertainment terhadap keputusan pembelian nilai pvalues adalah 0,001mengartikan bahwa Ho ditolak lalu untuk variabel jumlah follower terhadap keputusan pembelian nilai p value adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari nilai ketentuan pada signifikan yaitu 0,05 sehingga Ho pada jumlah follower terhadap keputusan pembelian ditolak, sedangkan pada variabel trendines terhadap terhadap jumlah follower nilai nya adalah 0,000 artinya nilai nya lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Pada trendines terhadap keputusan pembelian memiliki nilai pvalue 0,001 yang artinya nilainya < dari 0,05 dan memiliki arti bahwa Ho ditolak pada trendiness terhadap keputusan pembelian. Dan pada variabel electronic word of mouth terhadap jumlah follower nilai dari p values adalah 0,000 sehingga Ho ditolak karena nilainya <dri 0,05 lalu variabel word of mouth terhadap keputusan pembelian memiliki nilai pvalues 0,091 yang berarti nilainya >0,05 sehingga Ho diterima. Kedua pengujian pengaruh secara tidak langsung, pada pengujian ini dapat dikatakan signifikan jika nilai koefesien yaitu dilihat dari nilai P-Value adalah < 0,05. Berikut hasil dari penelitian ini:

Figure 7. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Intervening

Dapat dilihat dari hasil dari analisis menggunakan SEM-PLS dengan nilai P value pada pengaruh tidak langsung pada variabel entertaimen terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening yaitu 0,948 yang artinya nilainya >0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa nilai pada pengaruh tidak langsung tidak signifikan ,maka Ho diterima sedang pada variabel trendines terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening memiliki nilai pvalues 0,003 yang artinya nilainya <0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat nilai yang signifikan, dan pada pengaruh tidak langsung pada variabel electronic word of mouth terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening memiliki nilai p values 0,001 sehingga dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilainya <0,05 Koefisien determinasi (R-Square).

Figure 8.Koefisien Determinasi

Dari gambar 8 mengenai koefisien determinasi menjelaskan bahwa Rsquare Adjusted Square pada model jalur 1 adalah 0,729 mengartikan bahwa pada variabel entertaimen, trendiness dan word of mouth dalam menjelaskan variabel jumlah follower sebesar 72,9% dengan demikian dapat tergolong kuat. Kemudian dijelaskan pada Rsquare Adjusted Square pada model jalur 1 adalah 0,729 mengartikan bahwa pada variabel entertaimen, trendiness dan word of mouth dalam menjelaskan keputusan pembelian sebesar 67,9%.

H1: Entertaimen Berpengaruh Terhadap Jumlah Follower

Dinyatakan pada penelitian ini bahwa pengaruh entertainment terhadap jumlah follower tidak signifikan terlihat dari nilai direct efek atau nilai langsung sebesaar 0,004 dan pvalue 0,948 artinya nilai Pvalue > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh entertaimen terhadap jumlah follower tidak signifikan. Hal demikian terdukung dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa sebuah entertainment tidak berpengaruh secara signifikan.[2] hal demikian dapat saja diartikan dengan menganggap conten yang disajikan pada akun sosial media SECACA.ID tidak berjalan dengan baik. Banyak yang dapat menjadikan alasan kenapa entertaimen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah follower bentuk konten yang tidak dapat dipahami oleh audiens sehingga mereka tidak tertarik untuk mengikuti akun sosial media secaca.id yang ada. Dari sini dapat menjadi bahan pertimbangan agar sosial media secaca.id bisa lebih menyajikan konten yang lebih entertaimen agar dapat lebih banyak menarik orang orang untuk menjadi followernya dan dapat meningkatkan peluang mangsa pasarnya lebih luar dari sebelumnya

H2: Trendines Berpengaruh Terhadap Jumlah Follower

Pada penelitian ini ditemukan bahwa nilai langsung atau direct efek nya sebesar 0,520 dan nilai Pvalues 0,001 yang artinya pengaruh trendines terhadap jumlah follower adalah positif signifikan yang mana jika strategi trendines ditingkatkan maka jumlah follower juga ikut meningkat. Terdukung dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa sosial media memberikan bentuk informasi yang memudahkan bagi para pengguna, konteks yang ada pada sosial media juga diperlu dalam menunjang peningkatan jejaring sosial, dikarenakan konteks sosial yang sering terjadi perubahan aktifitasnya sebuah tren tren yang sedang terjadi dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas konten lainnya.[3] konten yang disajikan oleh secaca.id dapat dianggap sudah mengikuti trend yang ada pada saat ini tentu terlihat dari hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini hal demikian dapat terus ditingkatkan agar terus bisa digunakan untuk memperluar mangsa pasar dalam sosial media secaca.id

H3: Electronic Word Of Mouth Berpengaruh Terhadap Jumlah Follower

Ketentuan dalam tingkat signifikasi data dilihat dari nilai direct efek yaitu 0,500 dan dengan nilai pvalues <0,05 sedang ditemukan pada penelitian ini bahwa nilai pvalue-nya adalah 0,000 yang artinya pada penelitian ini pengaruh electronic word of mouth terhadap jumlah follower positif signifikan. E-WOM dapar dijadikan alat startegi untuk mencapai mangsa pasar yang lebih luas, menawarkan sebuah produk atau barang secara langsung sebagai sarana berinteraksi dengan cara tradisional.[4] menjangkau orang yang dijadikan mangsa pasar pun dipermudah dengan era modern saat ini

H4: Jumlah Follower Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Dinyatakan pada penelitian ini bahwa nilai direck efek yaitu 0,520 dan nilai Pvalues 0,000 yang artinya semakin besar jumlah follower semakin besar juga keputusan pembelian sehingga pada kesimpulannya pengaruh jumlah follower terhadap keputusan pembelian positif signifikan. Terdukung dengan penelitian terhadulu yang menyatakan bahwa saat jumlah pengikut lebih besar maka efek yang terjadi juga berbeda saat akun sosial media kehilangan para pengikutnya. [5] dengan ini secaca.id harusnya bisa menjaga agar followernya tetap terjaga bahkan meningkat sehingga orang yang baru mengenal secaca.id bisa semakin percaya akan akun sosial medianya dengan melihat jumlah followernya.

H5: Entertaimen Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Pada penelitian ini nilai direck efek adalah 0,276 dengan nilai p values 0,001 yang berarti nilainya <0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa pengaruh entertaimen terhadap keputusan pembelian positif signifikan dimana semakin meningkat entertaimen maka semakin meningkat juga keputusan pembelian. Hal ini didukung pada penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kepuasan terhadap sebuah konten dapat mempengaruhi niat beli.[6] seseorang sedang entertaimen merupakan upaya agar dapat menampilkan sebuah konten yang memberi informasi secara menarik sehingga orang-orang yang menikmati konten dapat kepuasan dalam hal informasi yang diberikan dan tentu saja membantu memiliki keputusan pembelian yang tepat sesuai kebutuhan. Dengan melihat ini akun sosial media secaca.id bisa dapat terus meningkatkan bagaimana conten yang ada bisa lebih dikemas dengan entertaimen yang tepat sehingga mampu menarik para penglihatnya sehingga pada akhirnya keputusan pembelian yang terjadi sesuai yang diharapkan yaitu membeli produk pada secaca.id.

H6: Trendiness Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan analisis penelitian ini terkait pengaruh trendinnes terhadap keputusan pembelian menemukan bahwa nilai direck efek yaitu 0,329 dan nilai Pvalues 0,000 yang artinya nilai pvaluesnya <0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan antara variabel trendiness terhadap keputusan pembelian. Terdukung dengan adanya penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa sebuah trendiness menjadi sebuah bentuk strategi yang digunakan dalam berbisnis di era sekarang, melalui conten yang berkualitas menarik banyak pengguna sosial media agar melihat, merespon conten yang disajikan sehingga conten dapat dilihat lebih banyak orang dan semakin banyak peminat konten semakin trending sebuah konten menarik pengguna untuk membeli.[7] dengan begitu trendiness dapat dijadikan salah satu strategi yang dapat dijadikan para pembisnis dan tentunya akun secaca.id agar dapat lebih diprioritaskan untuk dicapai terlebih dahulu karena semakin banyak konten yang tren semakin besar pula keputusan pembelian yang dilakukan para konsumen.

H7: Electronic Word Of Mouth Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Terbentuk hasil analisis ada penelitian ini dengan nilai direck efek yaitu -0,147 dengan nilai pvalue 0,091 yang mengartikan bahwa pengaruh electronic word of mout terhadap keputusan pembelian tidak signifikan. ditemukan pulah jurnal sebelumnya yang mengatakan bahwa electronic word of mouth yang dilakukan pada sosial media atau elektronik tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.[8] Hasil yang ditemukan menandakan kurangnya relasi atau hubungan yang baik pada akun sosial media secaca.id dengan para pengikutnya karena pada strategi electronic word of mouth perlu adanya kesadaran dan kepuasan atas apa yang ditampilkan pada conten yang disediakan pada akun agar orang lebih percaya dan yakin untuk menyebarkan conten pada orang lain. Pada penelitian terdahulu mengemukakan bahwa electronic word of mouth sebagai pendorong utama dalam menjalankan sebuah bisnis dimana electronic word of mouth berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.[9] dari hal ini secaca.id dapat mempertimbangan agar lebih baik dalam hal menjaga dan menjalin hubungan dengan para pengikutnya agar penyebaran informasi melalui konsep word of mouth dapat terjalin dengan lebih baik dan dapat dipergunakan untuk memperluas kesematan untuk memperluas mangsa pasarnya.

H8: Entertainment Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Jumlah Follower Sebagai Variabel Interve n ing

Ditemukan pada penelitian ini bahwa pengaruh entertaimen terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening memiliki nilai direc efek 0,002 dan nilai Pvalue 0,950 yang artinya pengaruh variabel intervening jumlah follower tidak signifikan. Mengartikan bahwa dalam mempengaruhi keputusan pembelian para konsumen tidak perlu melihat berapa jumlah follower yang ada pada akun secaca.id. dalam hal ini secaca.id hanya perlu menyajikan konten dengan kualitas yang terus berkembang sehingga para konsumen atau penikmat konten bisa memutuskan untuk membeli produk secaca. Pada penelitian terdahulu mungungkapkan bahwa pentingnya bentuk konten yang disajikan agar dapat dipahami dengan baik bagi para konsumen cukup dengan bentuk konten yang dapat menyajikan sebuah konten yang mengenalkan produk dengan jelas tanpa melakukan manipulasi.[10]

H9: trandinnes berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa pengaruh trandines terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening memiliki nilai direc efek 0,215 dan P values 0,005 yang artinya pada pengujian ini dikatakan signifikan. Sama halnya pada penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa keterlibatan audiens dan memperhatikan konten-konten yang sedang trending dapat meningkatkan volume penjualan.[11] Perspektif pelanggan merupakan hal yang dijadikan fase yang perlu dilalui sebelum melakukan pembelian.berbagai hal yang dijadikan sebuah pertimbangan untuk melakukan keputusan pembelian salah satunya dengan melihat konten pada sosial media. Pengelolaan akun sosial media dengan baik dengan cara penyajian konten yang berkualitas kemudian peningkatan penikmat konten yang disediakan bertambah yang kemudian menimbulkan kesuksesan dengan bentuk sebuah trendinnes yang secara otomatis meningkatkan keputusan pembelian pada produk yang disajikan secaca.id selain itu ada bentuk lain yang dijadikan motivasi keputusan pembelian yaitu sebuah kepercayaan pada akun sosial media dimana kepercayaan adalah menjadi follower dari sosial media. Dari sinilah kenapa jumlah follower menjadi salah satu daya Tarik untuk mempengaruhi conten pada akun sosial media menjadi pilihan orang untuk dinikmati dan menjadikan pengaruh terhadap keputusan pembelian. Maka dari itu akun sosial media secaca.id perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah follower untuk mampu dijadikan sebagai alat mempengaruhi pada audiens untuk menikmati konten serta melakukan keputusan pembelian pada produk secaca.id .

H10: Electronic Word Of Mouth Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Jumlah Follower Sebagai Variabel Intervening

Pada penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh word of mouth terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower nilai direck efek 0,260 dan nilai p values 0,001 yang artinya nilian pvalues pada penelitian ini<0,05 jadi pengaruh variabel intervening pada pengujian tidak langsung pada electronic word of mouth terhadap keputusan pembelian dengan jumlah follower sebagai variabel intervening merupakan signifikan . sebuah pengalaman akan produk atau jasa juga dapat terlihat dari bagaimana orang menanggapi terkait conten yang ada pada akun sosial media, hal ini ditunjukkan dengan berbagi informasi kepada orang lain. Dengan adanya jumlah follower yang banyak mendorong orang untuk mempercayai sebuah akun. Seperti pada pernyataan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa banyaknya jumlah follower mempengaruhi bagaimana strategi E-WOM dijalankan agar memicu para penikmat konten untuk membeli produk pada akun sosial media sehingga keputusan pembelian meningkat.[11]

Simpulan

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa variabel entertaimen tidak memerlukan variabel intervening untuk mempengaruhi variabel keputusan pembelian yang artinya saat konten sosial media memiliki hal yang menarik pada sajiannya orang akan tetap memilih untuk membeli produk dari secaca.id tanpa memperdulikan berapa jumlah follower, kemudian variabel trending dapat berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian baik secara langsung ataupun dengan melalui variabel intervening artinya conten dengan mampu mengikuti tren bahkan mampu menjadi trend mampu membantu dalam hal menaikan pembelian pada produk yang ada pada sosial media secaca.id,Variabel E-WOM memerlukan jumlah follower sebagai variabel intervening agar dapat mempengaruhi variabel keputusan pembelian artinya melakukan pemasaran melalui electronic tidak dapat mendukung usaha secaca.id ketikan akun sosial media secaca tidak memiliki pengikut atau jumlah follower yang banyak. Disarankan untuk akun sosial media secaca.id agar dapat lebih memperhatian konten-konten yang telah dishare agar dapat lebih dinikmati dan dikemas lebih menarik lagi sehingga mampu memberikan kepuasan terhadap para penikmat dan lebih sadar akan keberadaan akun secaca.id dan mampu menarik agar para pengikutnya untuk membeli produk secac.id. Adapun batasan penelitian ini hanya bisa mengumpulkan 100 responden dengan respon yang sesuai dengan ketentuan pada jurnal ini. Reponden hanya merupakan para pengikut dan para konsumen di sosial media “SECACA.ID” saja. Namun dengan demikian peneliti selajutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan menggunakan responden lebih banyak dengan objek yang lebih luas lagi.

References

  1. D. L. M. van der Bend, T. Jakstas, E. van Kleef, V. A. Shrewsbury, and T. Bucher, “Making sense of adolescent-targeted social media food marketing: A qualitative study of expert views on key definitions, priorities and challenges,” Appetite, vol. 168, no. January 2021, p. 105691, Jan. 2022, doi: 10.1016/j.appet.2021.105691.
  2. E. Constantinides, “Foundations of Social Media Marketing,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 148, pp. 40–57, Aug. 2014, doi: 10.1016/j.sbspro.2014.07.016.
  3. D. Öztamur and İ. S. Karakadılar, “Exploring the Role of Social Media for SMEs: As a New Marketing Strategy Tool for the Firm Performance Perspective,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 150, pp. 511–520, Sep. 2014, doi: 10.1016/j.sbspro.2014.09.067.
  4. J. Jacobson, A. Gruzd, and Á. Hernández-García, “Social media marketing: Who is watching the watchers?,” J. Retail. Consum. Serv., vol. 53, p. 101774, Mar. 2020, doi: 10.1016/j.jretconser.2019.03.001.
  5. İ. E. Erdoğmuş and M. Çiçek, “The Impact of Social Media Marketing on Brand Loyalty,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 58, pp. 1353–1360, Oct. 2012, doi: 10.1016/j.sbspro.2012.09.1119.
  6. I. Jucaitytė and J. Maščinskienė, “Peculiarities of Social Media Integration into Marketing Communication,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 156, no. April, pp. 490–495, Nov. 2014, doi: 10.1016/j.sbspro.2014.11.227.
  7. Hendra W Saputro, “Digital Marketing Trend 2022 Di Indonesia,” 2022.
  8. Andi Dwi Riyanto, “Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2022,” 2022.
  9. A. S. Ananda, Á. Hernández-García, and L. Lamberti, “N-REL: A comprehensive framework of social media marketing strategic actions for marketing organizations,” J. Innov. Knowl., vol. 1, no. 3, pp. 170–180, Sep. 2016, doi: 10.1016/j.jik.2016.01.003.
  10. K. Hiroshi and Y. Sachiko, “On the Taxonomy of Social Media Marketing,” ORBIT J., vol. 1, no. 1, pp. 1–11, 2017, doi: 10.29297/orbit.v1i1.23.
  11. J. Z. Zhang and G. F. Watson IV, “Marketing ecosystem: An outside-in view for sustainable advantage,” Ind. Mark. Manag., vol. 88, no. March, pp. 287–304, 2020, doi: 10.1016/j.indmarman.2020.04.023.
  12. R. R. Fauzan, S. Hermawan, S. Supardi, and H. Fitriyah, “The Influence of Promotional Media and Brand Image on the Decision to Choose a High School with Digital Marketing as an Intervening Variable,” Indones. J. Innov. Stud., vol. 21, pp. 1–15, Jan. 2023, doi: 10.21070/ijins.v21i.750.
  13. J. R. Hanaysha, “Impact of social media marketing features on consumer’s purchase decision in the fast-food industry: Brand trust as a mediator,” Int. J. Inf. Manag. Data Insights, vol. 2, no. 2, p. 100102, Nov. 2022, doi: 10.1016/j.jjimei.2022.100102.
  14. M. Nekmahmud, F. Naz, H. Ramkissoon, and M. Fekete-Farkas, “Transforming consumers’ intention to purchase green products: Role of social media,” Technol. Forecast. Soc. Change, vol. 185, no. March, p. 122067, Dec. 2022, doi: 10.1016/j.techfore.2022.122067.
  15. J. R. Hanaysha, “An examination of the factors affecting consumer’s purchase decision in the Malaysian retail market,” PSU Res. Rev., vol. 2, no. 1, pp. 7–23, Apr. 2018, doi: 10.1108/PRR-08-2017-0034.
  16. V. Davidaviciene, I. Meidute-Kavaliauskiene, and R. Paliulis, “Research on the Influence of Social Media on Generation Y Consumer Purchase Decisions,” Mark. Manag. Innov., vol. 6718, no. 4, pp. 39–49, 2019, doi: 10.21272/mmi.2019.4-04.
  17. M. Eisenbeiss, S. A. Hartmann, and L. Hornuf, “Social media marketing for equity crowdfunding: Which posts trigger investment decisions?,” Financ. Res. Lett., no. August, p. 103370, Sep. 2022, doi: 10.1016/j.frl.2022.103370.
  18. H. Hassan, H. M. Hsbollah, and R. Mohamad, “Examining the interlink of social media use, purchase behavior, and mental health,” Procedia Comput. Sci., vol. 196, no. 2021, pp. 85–92, 2022, doi: 10.1016/j.procs.2021.11.076.
  19. M. R. Miah, A. Hossain, R. Shikder, T. Saha, and M. Neger, “Evaluating the impact of social media on online shopping behavior during COVID-19 pandemic: A Bangladeshi consumers’ perspectives,” Heliyon, vol. 8, no. 9, p. e10600, Sep. 2022, doi: 10.1016/j.heliyon.2022.e10600.
  20. N. S. Ahmad, R. Musa, and M. H. M. Harun, “The Impact of Social Media Content Marketing (SMCM) towards Brand Health,” Procedia Econ. Financ., vol. 37, no. 16, pp. 331–336, 2016, doi: 10.1016/S2212-5671(16)30133-2.
  21. S. Ansari, G. Ansari, M. U. Ghori, and A. G. Kazi, “Impact of Brand Awareness and Social Media Content Marketing on Consumer Purchase Decision,” J. Public Value Adm. Insights, vol. 2, no. 2, pp. 5–10, Jul. 2019, doi: 10.31580/jpvai.v2i2.896.
  22. G. Sedalo, H. Boateng, and J. P. Kosiba, “Exploring social media affordance in relationship marketing practices in SMEs,” Digit. Bus., vol. 2, no. 1, p. 100017, Mar. 2022, doi: 10.1016/j.digbus.2021.100017.
  23. A. Kędzierska-Szczepaniak and Z. Minga, “Content marketing as an innovative solution for crowdfunding platforms - the example of Patronite platform,” Procedia Comput. Sci., vol. 207, pp. 4318–4327, 2022, doi: 10.1016/j.procs.2022.09.495.
  24. P. L. Baltes, “Content marketing - the fundamental tool of digital marketing. Bulletin of the Transilvania University of Brasov.,” Econ. Sci., vol. 2, no. 8, pp. 111–118, 2015.
  25. N. Gümüs, “The Effects of Social Media Content Marketing Activities of Firms On Consumers’ Brand Following Behavior,” Acad. Res. Int., vol. 8, no. 1, pp. 1–8, 2017.
  26. P. M. Aji, V. Nadhila, and L. Sanny, “Effect of social media marketing on Instagram towards purchase intention: Evidence from Indonesia’s ready-to-drink tea industry,” Int. J. Data Netw. Sci., vol. 4, no. 2, pp. 91–104, 2020, doi: 10.5267/j.ijdns.2020.3.002.
  27. Y. Chawla and G. Chodak, “Social media marketing for businesses: Organic promotions of web-links on Facebook,” J. Bus. Res., vol. 135, pp. 49–65, Oct. 2021, doi: 10.1016/j.jbusres.2021.06.020.
  28. M. Bala and D. Verma, “A Critical Review of Digital Marketing Paper Type: - Review and Viewpoint,” Int. J. Manag. IT Eng., vol. 8, no. 10, pp. 321–339, 2018.
  29. L. Xiao, F. Guo, F. Yu, and S. Liu, “The Effects of Online Shopping Context Cues on Consumers’ Purchase Intention for Cross-Border E-Commerce Sustainability,” Sustainability, vol. 11, no. 10, p. 2777, May 2019, doi: 10.3390/su11102777.
  30. E. A. Elgheit, “Understanding Egypt’s emerging social shoppers,” Middle East J. Manag., vol. 5, no. 3, p. 207, 2018, doi: 10.1504/MEJM.2018.093611.
  31. Y. K. Dwivedi et al., “Setting the future of digital and social media marketing research: Perspectives and research propositions,” Int. J. Inf. Manage., vol. 59, no. July 2020, p. 102168, Aug. 2021, doi: 10.1016/j.ijinfomgt.2020.102168.
  32. S. Wahyuni and A. Praninta, “Influence of Brand Equity and Service Quality on Purchase Decisions on Garuda Indonesia Airline Services,” Res. Horiz., vol. 1, no. 1, pp. 28–38, Feb. 2021, doi: 10.54518/rh.1.1.2021.28-38.
  33. T. Petcharat and A. Leelasantitham, “A retentive consumer behavior assessment model of the online purchase decision-making process,” Heliyon, vol. 7, no. 10, p. e08169, Oct. 2021, doi: 10.1016/j.heliyon.2021.e08169.
  34. B. Ibrahim and A. Aljarah, “Dataset of relationships among social media marketing activities, brand loyalty, revisit intention. Evidence from the hospitality industry in Northern Cyprus,” Data Br., vol. 21, pp. 1823–1828, Dec. 2018, doi: 10.1016/j.dib.2018.11.024.
  35. C. A. Malarvizhi, A. Al Mamun, S. Jayashree, F. Naznen, and T. Abir, “Modelling the significance of social media marketing activities, brand equity and loyalty to predict consumers’ willingness to pay premium price for portable tech gadgets,” Heliyon, vol. 8, no. 8, p. e10145, Aug. 2022, doi: 10.1016/j.heliyon.2022.e10145.
  36. R. Yazdanifard and A. Wong, “The Review of Content Marketing as a New Trend in Marketing Practices,” Int. J. Manag. Account. Econ., vol. 2, no. 9, 2015.
  37. C. Courtois, P. Mechant, L. De Marez, and G. Verleye, “Gratifications and Seeding Behavior of Online Adolescents,” J. Comput. Commun., vol. 15, no. 1, pp. 109–137, Oct. 2009, doi: 10.1111/j.1083-6101.2009.01496.x.
  38. D. Pujana Mahendra and R. Utami Nugrahani, “Pengaruh Social Media Marketing Activities Terhadap Brand Awareness Hearo Di Instagram the Influence of Social Media Marketing Activites To Hearo’S Brand Awareness on Instagram,” Open J. eProceedings Manag. Telkom Univ., vol. 8, no. 3, 2021.
  39. Y. Y. Abdul Talib and R. Mat Saat, “Social proof in social media shopping: An experimental design research,” SHS Web Conf., vol. 34, p. 02005, Feb. 2017, doi: 10.1051/shsconf/20173402005.
  40. F. Andreani, L. Gunawan, and S. Haryono, “Social Media Influencer, Brand Awareness, and Purchase Decision Among Generation Z in Surabaya,” J. Manaj. dan Kewirausahaan, vol. 23, no. 1, pp. 18–26, 2021, doi: 10.9744/jmk.23.1.18-26.
  41. Weismueller, “Social Media Instagram : the Moderating Role of the,” vol. 3, no. 8, 2021.
  42. S. Wies, A. Bleier, and A. Edeling, “Finding Goldilocks Influencers: How Follower Count Drives Social Media Engagement,” J. Mark., vol. 87, no. 3, pp. 383–405, May 2023, doi: 10.1177/00222429221125131.
  43. R. Indriyani and A. Suri, “PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI MOTIVASI KONSUMEN PADA PRODUK FAST FASHION,” J. Manaj. Pemasar., vol. 14, no. 1, pp. 25–34, Mar. 2020, doi: 10.9744/pemasaran.14.1.25-34.
  44. A. Angelyn and D. S. Kodrat, “The Effect of Social Media Marketing on Purchase Decision with Brand Awareness as Mediation on Haroo Table,” Int. J. Rev. Manag. Bus. Entrep., vol. 1, no. 1, pp. 16–24, Jun. 2021, doi: 10.37715/rmbe.v1i1.1946.
  45. D. Kusumo and R. Afandi, “The Influence of Brand Image, Brand Trust, Product Quality, and Price on the Purchase Decision of Kampoeng Roti Tropodo Waru Sido Pengaruh,” Acad. Open, vol. 7, pp. 1–15, 2022, doi: 10.21070/acopen.7.2022.3484.
  46. F. Nurlan, Metodologi penelitian kuantitatif, PERTAMA. cv. Pilar Nusantara, 2019.
  47. J. F. Sánchez-Rada and C. A. Iglesias, “Social context in sentiment analysis: Formal definition, overview of current trends and framework for comparison,” Inf. Fusion, vol. 52, no. May, pp. 344–356, Dec. 2019, doi: 10.1016/j.inffus.2019.05.003.
  48. M. Bartschat, G. Cziehso, and T. Hennig-Thurau, “Searching for word of mouth in the digital age: Determinants of consumers’ uses of face-to-face information, internet opinion sites, and social media,” J. Bus. Res., vol. 141, no. November 2021, pp. 393–409, Mar. 2022, doi: 10.1016/j.jbusres.2021.11.035.
  49. N. Feng, W. Zhao, H. Feng, M. Li, and L. Xian, “Digital Influencer’s choice of product endorsement: A perspective of congruence,” J. Manag. Sci. Eng., vol. 8, no. 3, pp. 305–324, Sep. 2023, doi: 10.1016/j.jmse.2023.01.001.
  50. P. Kaur, A. Dhir, S. Chen, A. Malibari, and M. Almotairi, “Why do people purchase virtual goods? A uses and gratification (U&amp;G) theory perspective,” Telemat. Informatics, vol. 53, no. June 2019, p. 101376, Oct. 2020, doi: 10.1016/j.tele.2020.101376.
  51. R. G. Nisrina, “User generated content sebagai strategi komunikasi pemasaran digital: studi kasus fenomena #shopeehaul,” J. Komun. Prof., vol. 5, no. 6, pp. 558–571, Dec. 2021, doi: 10.25139/jkp.v5i6.4316.
  52. Z. M. Ariyanto and D. Prihandono, “The Influence of Electronic Word-of-Mouth and Destination Image on Visit Decision Through Visit Intention As Intervening Variable,” Manag. Anal. J., vol. 7, no. 3, pp. 318–327, 2018.
  53. N. A. H. Basri, R. Ahmad, F. I. Anuar, and K. A. Ismail, “Effect of Word of Mouth Communication on Consumer Purchase Decision: Malay Upscale Restaurant,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 222, pp. 324–331, Jun. 2016, doi: 10.1016/j.sbspro.2016.05.175.
  54. M. Mayrhofer, J. Matthes, S. Einwiller, and B. Naderer, “User generated content presenting brands on social media increases young adults’ purchase intention,” Int. J. Advert., vol. 39, no. 1, pp. 166–186, Jan. 2020, doi: 10.1080/02650487.2019.1596447.
  55. W. Nuriyanti, D. M. Vernia, H. Nurisman, L. Sandiar, and C. A. Yapi, “Strategi Social Media Engagement dalam Meningkatkan Penjualan Produk pada Rumah Makan Cinla di Cililitan Jakarta Timur,” J. Ilm. Wahana Pendidik., vol. 8, no. September, pp. 689–706, 2022, doi: https://doi.org/10.5281/zenodo.7124255.