Optimizing Footwear Manufacturing Through Defect Analysis and Spare Parts Optimization
Innovation in Industrial Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v25i1.1082

Optimizing Footwear Manufacturing Through Defect Analysis and Spare Parts Optimization


Mengoptimalkan Produksi Alas Kaki Melalui Analisis Cacat dan Optimalisasi Suku Cadang

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Defect analysis Footwear manufacturing Spare parts Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) Product quality

Abstract

This study investigates the causes of defects in the production line of inlay soles in footwear manufacturing, focusing on the impact of malfunctioning machine spare parts. Using Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), critical machines—splitting, cutting, and moulding—are identified, along with their associated spare parts influencing defect occurrence. Process FMEA (PFMEA) prioritizes actions based on discussions with maintenance managers and quality staff. Results highlight top spare parts affecting defects, such as Fertinak, grinding stone, and V-belt for the splitting machine; hydraulic motor, hydraulic seal, and hydraulic filter for the cutting machine; and Solid State Relay, Thermocouple, and Heater for the moulding machine. These findings underscore the importance of maintaining machine performance and addressing spare part malfunctions to enhance product quality and operational efficiency in footwear manufacturing, providing actionable insights for industry practitioners.

Hightligh:

  1. Critical Machines Identified: Splitting, cutting, and moulding machines analyzed for defect occurrence.
  2. Spare Parts Influence: Fertinak, Solid State Relay impact defect occurrence.
  3. Practical Industry Insights: Strategies for improving product quality and efficiency highlighted.

Keywords: Defect analysis, Footwear manufacturing, Spare parts, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Product quality.

PENDAHULUAN

Dunia Industri yang terus berkembang, para produsen sebagai salah satu pemasok kebutuhan pasar dituntut harus selalu menjaga kualitas dan kuantitas output produknya. Untuk menjaga dua hal tersebut pelaku industri (perusahaan) dituntut harus mengendalikan dan mengawasi setiap proses produksinya. Apabila perusahaan tidak mengendalikan dan mengawasi proses produksi nya maka dapat meningkatkan resiko kegagalan produk atau defect [1]. Dari produk yang gagal (defect) tersebut maka perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk proses produksi nya.

PT X merupakan perusahaan multinasional yang bergerak pada industri sepatu. PT X memproduksi sebagian besar semua komponen sepatu secara inhouse atau diproduksi di dalam lingkup perusahaan itu sendiri. Salah satu divisi yang menyediakan komponen pembuat sepatu adalah divisi component dan inlay sole. Divisi component inlay sole menyumbang 60 persen dari total penjualan perusahaan. Karena tidak mungkin sepatu dijual tanpa inlay sole. Jadi divisi component inlay sole memiliki peran yang penting dalam siklus keuangan perusahaan. Proses pembuatan inlay sole membutuhkan beberapa proses diantara nya proses cutting, splitting, gluing, moulding dan embossing. Proses cutting menggunakan mesin swingarm yang memanfaatkan sistem hidrolis untuk memotong foam dan kulit. Proses splitting menggunakan mesin leather split fungsinya adalah untuk memisahkan bagian kulit ari dari material. Kemudian proses pengeleman (glue) menggunakan lem khusus, dimana foam dan kulit akan di tempel menjadi satu. Proses moulding menggunakan mesin hot press, dimana foam dan kulit akan dipress menggunakan tekanan hidrolis untuk membentuk inlay sole sesuai dengan bentuk dari mould yang dipasang.

Dalam proses produksi nya divisi component dan inlay sole proses produksi masih sering ditemui barang atau produk yang cacat atau defect. Salah satu penyebab defect tersebut adalah pada proses produksi dan mesin yang digunakan seringkali tidak dapat memenuhi parameter parameter yang ditetapkan oleh pihak Research and Development.. Pihak RnD ah yang menentukan beberapa parameter dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Beberapa parameter kualitas pada line inlay sole yang telah ditentukan oleh pihak Research And Development ada pada tabel berikut.

No Parameter Defect Kategori Parameter Defect Kategori
1 Fit with jig Major Grain Variation Minor
2 Cutting netto Dirty upper
3 Loose Leather Hairy Leather
4 Missing process Matrix hole
5 Color different Glue on insole
6 Visible Foam Notch to fit
7 Moulding shape Silver marking
8 Open Moulded Visible Foam
9 Defect leather Wrinkle
10 Embossing Substance
11 Open Lining
Table 1.Parameter kualitas pada inlay sole

Pada tabel tersebut ada beberapa parameter yang dipengaruhi oleh mesin. Seperti Parameter open moulded, visible foam, wrinkle, open lining, substance, moulding shape sangat dipengaruhi oleh paramter tekanan hidrolis mesin dan suhu mould pada mesin hotpress moulded. Menurut [2] penggunaan FMEA (failure models and effect analysis) dapat membantu sebagai tools untuk perusahaan dalam mengendalikan kualitas produksinya. FMEA (failure models and effect analysis) terdapat dua jenis yaitu DFMEA ( Design failure models and effect analysis) dan PFMEA (Process failure models and effect analysis). Tujuan utama penggunaan FMEA ini adalah untuk mengurangi potensi cacat produk atau defect [3]. DFMEA berorientasi dan berfokus pada desain produk sedangkan PFMEA akan lebih berorientasi dan berfokus pada kegiatan proses produksi. FMEA proses atau PFMEA biasanya diselesaikan menurut pertimbangan kinerja mesin, manusia, material dan lingkungan. Hasil dari PFMEA adalah usulan prioritas perbaikan dalam proses produksi dengan pertimbangan nilai RPN (Risk Priority Number), dalam hal ini proses yang terpengaruh oleh kinerja mesin juga akan diberi usulan prioritas perbaikan. Mesin yang kinerjanya kurang optimal dapat berpotensi menghasilkan produk defect atau gagal. Proses maintenance yang baik pada mesin akan sangat berpengaruh pada kinerja mesin sehingga dapat memenuhi parameter yang ditetapkan.

Dalam proses maintenance di PT X masih menggunakan sistem corrective maintenance.. Kerugian yang timbul dari sistem maintenance ini diantaranya adalah biaya kehilangan produksi (defect, biaya waktu dll) , biaya perbaikan yang lebih tinggi, biaya lembur karena kehilangan produksi karena kegiatan maintenance memakan biaya 15-60 persen dari total biaya produksi [4]. Berikut tabel perbandingan antara frekuensi kerusakan dan produk defect yang timbul pada proses produksi pada tahun 2020.

Figure 1.Data Perbandingan Frekuensi Kerusakan & Defect Produk

Berdasar pada hal tersebut PT X perlu melakukan analisis terhadap line porduksi inlay sole untuk meminimalisir terjadinya defect dengan cara mengidentifikasi sparepart apa saja yang berpotensi menyebabkan defect sehingga kerugian perusahaan akibat defect hasil dari performa mesin yang kurang optimal dapat dikurangi.

Metode

Metode penelitian ini menggunakan PFMEA dalam menganalisis permasalahan yang terjadi pada line produksi inlay sole. Proses PFMEA dilakukan dengan melakukan diskusi terhadap pihak terkait menggunakan berdasar pada kategori kategori penilaian yang tertulis pada jurnal terkait [5]. Pada proses PFMEA berdasarkan pada prioritas pengurangan cacat produk. Subjek diskusi pada Analisis PFMEA adalah pihak yang berhubungan langsung terhadap proses maintenance (manager maintenance) dan pihak yang berhubungan dengan semua proses pengecekan kualitas (Quality Staff) kemudian pihak tersebut lah yang akan memberikan penilain terhadap RPN [2]. Hasil dari PFMEA berupa usulan perbaikan prioritas pada spare part yang paling berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan [6].

Hasil dan Pembahasan

a. Proses PFMEA

Pada proses PFMEA terdapat 3 bagian untuk menentukan skor RPN yaitu Severity, Occurance dan Detection [2], berikut adalah hasil dari proses PFMEA pada bagian severity yang dilakukan berdasarkan kategori penilaian skor pada jurnal terkait

Rank Deskripsi
1-2 Kegagalan sparepart bersifat minor sehingaa konsumen mungin tidak dapat mendeteksi minor defect
3-5 Kegagalan dari spare part akan mengakibatkan gangguan pada pelanggan (annoyance customer) atau sedikit penurunan kinerja dari suatu sistem.
6-7 Kegagalan dari spare part akan berdampak pada ketidakpuasan pelanggan akibat kualitas menurun atau penurunan kinerja dari suatu sistem
8-9 Kegagalan spare part akan mengakibatkan tingkat ketidakpuasan pelanggan atau konsumen menjadi tinggi (major defect)atau membuat sistem menjadi tidak fungsional
10 Kegagalan akan mengakibatkan major dissatifiscation (major defect) atau sistem tidak berfungsi secara total.
Table 2.Ranking Deskripsi bagian Severity

Hasil PFMEA untuk bagian severity

Jenis Proses Mesin Mode Kegagalan (Pihak Maintenance) Dampak (Pihak Quality) S
Proses Cutting Cutting 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. Major : 1. Material leather tidak terpotong secara sempurna Minor: 1. Hairy Leather (tepian leather yang dipotong masih terdapat serat rambut dari leather) 8
Proses splitting Splitting machine Terjadi defect berupa hasil ketebalan leather yang tidak stabil (tidak memenuhi standar Work Instruction) Major : 1. Loose leather, Minor : 1. Substance atau ketebalan kulit. 2. Wrinkle leather (kulit keriting karena ketebalan tidak stabil) 8
Proses gluing Automatic Glue machine Terjadi jeda pada saat proses Glue keluar dari spray. Glue tidak tersebar sempurna dari spray device. Major: 1. Open Lining (masih dapat direpair, namun menambah proses) 7
Proses Moulding Moulded machine Suhu mould tidak sesuai dengan petunjuk Work Instruction. Major : 1. Fit with Jig 2. Visible Foam 3. Mould Shape 4. Open Moulded Minor: 1. Wrinkle 2. Substance 9
Proses Netto Cutting machine 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. Major: 1. Cutting netto 2. Matrix hole not visible Minor : 1. Matrix Hole 8
Proses Emboss Embossing machine 1. Suhu dari mesin emboss turun atau malah melebihi setpoint anjuran dari Work Instruction Major : 1. Embossing (tulisan emboss tidak jelas atau hasil emboss menjadi hitam karena suhu terlalu tinggi) 2. Produk berlubang karena tekanan mesin emboss terlalu besar 6
Table 3.PFMEA untuk bagian Severity

Kemudian pada bagian ranking deskripsi Occurance

Rank Deskripsi
1 Probabilitas kegagalan sparepart yang tidak mungkin terjadi selama interval waktu atau biasa desebut single failure mode (FM) (probabilitas <0.001 dari semua probabilitas kegagalan selama interval waktu operasi)
2-3 Probabilitas kegagalan sparepart yang jarang terjadi selama interval waktu operasi item (probabilitas >0.001 tetapi < 0.01 dari semua probabilitas kegagalan selama interval waktu operasi)
4-6 Probabilitas sparepart yang terjadi sesekali selama interval waktu operasi item (probabilitas >0.01 namun <0.10 dari semua probabilitas kegagalan selama interval waktu operasi)
7-9 Probalibilitas kegagalan sparepart terjadi secara moderat dalam satuan interval waktu operasi ( probebilitas kegagalan >0.10 namun <0.20 dari total keseluruhan probabilitas kegagalan yang terjadi selama interval waktu operasional)
10 Probabilitas kegagalan sparepart yang tinggi selama selang interval waktu operasi (probabilitas >0.20 dari interval waktu operasional)
Table 4.Ranking Deskripsi bagian Occurance

Didapatkan hasil pada bagian Occurance

Jenis Proses Mesin Mode Kegagalan (Pihak Quality) Penyebab (Pihak Maintenance) O
Proses Cutting Cutting 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. 1. Hydraulic Seal telah wear out sehingga tekanan hidrolis tidak dapat memotong leather dengan baik. 2. Hydraulic filter kotor sehingga pressure berkurang. 3. Hydraulic Motor lilitan nya tidak seimbang sehingga torsinya berkurang untuk memutar pompa hidrolis. 6
Proses splitting Splitting machine Terjadi defect berupa hasil ketebalan leather yang tidak stabil (tidak memenuhi standar Work Instruction) 1. Sparepart fertinak sudah tidak presisi, sehingga tidak dapat menahan tekanan pisau akibatnya pisau menjadi tidak tajam. 2. Grinding stone yang sudah rusak sehingga pisau tidak terasah. 3. V-Belt yang putus sehingga Grinding stone tidak dapat mengasah pisau 8
Proses gluing Automatic Glue machine Terjadi jeda pada saat proses Glue keluar dari spray. Glue tidak tersebar sempurna dari spray device. 1. Jalur glue atau lem baik itu material hose atau selang material tersumbat 2. Spraying seal wear out sehingga pergerakan mekanis spraying device tidak dapat bergerak secara maksimal. 3. Spraying needle sudah bengkok sehingga menyebabkan material tidak tersebar secara sempurna pada material leather 5
Proses Moulding Moulded machine Suhu mould tidak sesuai dengan petunjuk Work Instruction. 1. Sparepart Solid State Relay yang putus sehingga tidak dapat memotong atau mengalirkan arus listrik kedalam elemen pemanas heater, 2. Spare part thermocouple error karena tidak dapat mendeteksi suhu aktual. 3. Sparepart Heater yang resistansinya berkurang sehingga suhu yang dihasilkan tidak maksimal 8
Proses Netto Cutting machine 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. 1. Hydraulic Seal telah wear out sehingga tekanan hidrolis tidak dapat memotong leather dengan baik. 2. Hydraulic filter kotor sehingga pressure berkurang. 3. Hydraulic Motor lilitan nya tidak seimbang sehingga torsinya berkurang untuk memutar pompa hidrolis. 6
Proses Embossing Embossing machine Suhu dari mesin emboss turun atau malah melebihi setpoint anjuran dari Work Instruction 1. Elemen Heater putus sehingga tidak dapat mencapai suhu optimal. 2. Sparepart thermocouple rusak sehingga pembacaan suuhu tidak akurat 3. Setting dari operator yang tidak mengikuti Work Instruction.
Table 5.PFMEA untuk bagian Occurance

Kemudian pada bagian ranking deskripsi Detection dengan hasil

Rank Deskripsi
1-2 Probabilitas yang sangat tinggi untuk defect atau kegagalan sparepart terdeteksi. Apabila dilakukan proses kontrol pasti akan menemukan defect hasil dari mesin (sparepart) tersebut
3-4 Kemungkinan besar defect atau kegagalan sparepart akan terdeteksi. Apabila dilakukan proses kontrol maka probabilitas untuk menemukan defect atau kegagalan tinggi.
5-7 Kemungkinan defect atau kegagalan sparepart akan terdeteksi. Apabila proses kontrol dilakuakn akan menemukan kekurangan atau defect.
8-9 Kemungkinan kecil defect atau kegagalan sparepart akan terdeteksi. Apabila porses kontrol dilakukan kemungkinan kecil akan menemukan kekurangan, defect atau kegagalan.
10 Kemungkinan defect atau kegegalan sparepart sangat kecil untuk terdeteksi. Apabila proses kontrol diaplikasikan kemungkinan menemukan defect atau kegagalan akan sangat kecil.
Table 6.Ranking Deskripsi bagian Occurance
Jenis Proses Mesin Mode Kegagalan (Pihak Quality) Pencegahan (Pihak Maintenance) D
Proses Cutting Cutting 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. 1. Proses penggantian dan pengecekan seal 2. Pembersihan dan pengecekan filter secara berkala dan 3. Pengukuran arus listrik pada tiap lilitan Hydraulic motor secara berkala 7
Proses splitting Splitting machine Terjadi defect berupa hasil ketebalan leather yang tidak stabil (tidak memenuhi standar Work Instruction) 1. Penggantian dan repair fertinak dengna mesin CNC. 2. Penggantian grinding stone 3. Serta penggantian dan pengecekan kondisi V-Belt 6
Proses gluing Automatic Glue machine Terjadi jeda pada saat proses Glue keluar dari spray. Glue tidak tersebar sempurna dari spray device. 1. Proses penyaringan material glue oleh operator. 2. Pembersihan seal secara berkala. 3. Kontrol dari operator agar tidak memberikan setting mesin diluar anjuran spesifikasi mesin 5
Proses Moulding Moulded machine Suhu mould tidak sesuai dengan petunjuk Work Instruction. 1. Pengantian sparepart Solid State Relay 2. Repair dan ganti sparepart thermocouple 3. Melakukan pengukuran resistansi dan penggantian Heater 8
Proses Netto Cutting machine 1. Mesin tidak dapat memotong leather dan foam secara maksimal 2. Terdapat kebocoran oli 3. Terdengar bunyi berisik pada bagian powerpack hidrolis. 1. Proses penggantian seal 2. Pembersihan filter secara berkala dan 3. Pengukuran arus listrik pada tiap lilitan Hydraulic motor secara berkala 7
Proses Emboss Embossing machine 1. Suhu dari mesin emboss turun atau malah melebihi setpoint anjuran dari Work Instruction 1. Cek dan ganti sparepart Heater 2. Cek, repair dan Mengganti Spare part Thermocouple 5
Table 7.PFMEA untuk bagian Detection

Hasil rekap dari nilai RPN prose PFMEA yang dilakukan

No Jenis Proses Mesin S O D RPN
1 Proses Cutting Cutting 8 6 7 336
2 Proses splitting Splitting machine 8 8 6 384
3 Proses gluing Automatic Glue machine 7 5 5 175
4 Proses Moulding Moulded machine 9 8 8 576
5 Proses Netto Cutting machine 8 6 7 336
6 Proses Embossing Embossing machine 6 6 5 240
Table 8.Hasil RPN PFMEA

Kemudian berdasarkan pada tabel data parameter kualitas inlay sole dan hasil rekap RPN, pihak yang terkait akan menentukan sparepart mesin mana yang akan berpengaruh terhadap munculnya defect produk. Pada tabel parameter kualitas inlay sole terdapat pembagian parameter defect major dan minor. Dari dasar tersebut maka akan diuraikan mengenai hubungan jenis defect dengan mesin dan komponen dari mesin tersebut. Dengan demikian maka dapat diketahui mesin apa dan komponen apa saja ang berpengaruh. Sehingga dapat diketahui sparepart dari mesin manakah yang paling berpengaruh pada terjadinya defect atau cacat produk sehingga fungsi pengawasan pada spare part tersebut dapat lebih diutamakan. Berikut penjelasan untuk mesin dan komponen apa saja yang mempengaruhi hasil dan kualitas dari produk

Major Deskripsi Mesin Komponen
Fit with Jig Produk tidak pas dengan jig atau kontrol jig 1. Moulding machine, 2. Splitting machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater 3. Thermocouple
Cutting netto Tepian produk tidak terpotong secara sempurna Cutting machine Cuting machine : 1. Hydraulic Seal 2. Hydraulic Filter 3. Hydraulic Motor
Defect leather Bahan baku kulit yang digunakan terdapat kecacatan None Cacat leather
Loose leather Loose leather Splitting machine Splitting machine : 1. Fertinak 2. Grinding Stone 3. V-Belt
Missing process Ada proses yang terlewat sehingga kualitas tidak bagus None Handling operator
Embossing Tulisan ata logo pada proses emboss tidak terlihat atau kulit terbakar 1. Embossing machine 2. Splitting machine Splitting machine : 1. Fertinak 2. Grinding Stone 3. V-Belt Embossing machine : 1. Heaters, 2. Thermocontrols 3. Thermocouples
Color Different with pallete Perbedaan warna pada kulit dengan pallete color yang diinginkan None Cacat leather
Major Visible foam Foam terlihat melebar dari kulit Moulding machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater Thermocouple
Open lining Lining atau lapisan inlay terbuka Automatic Glue machine Automatic Glue Machine : 1. Glue Seal 2. Spraying needle 3. Material hose
Mould shape Bentuk dari produk yang berbeda dengan mould (bentuk tidak bagus) Moulding machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater Thermocouple
Open moulded Antara kulit, lining, dan foam tidak menempel Moulding Machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater & thermocouple
Table 9.Sparepart yang berpengaruh terhadap Major defect

Kemudian untuk defect minor sparepart yang berpengaruh adalah

Minor Deskripsi Mesin Komponen
Grain Variation Perbedaan grain atau tekstur kulit atau lining None Cacat leather
Dirty upper Kulit atau lining kotor karena handling yang kurang hati hati None Handling operator
Wrinkle Kulit wrinkle atau keriting Moulding machine, spliting machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater 3. Thermocouple Splitting machine : 1. Fertinak 2. Grinding Stone 3. V-Belt
Hairy leather Masih terdapat sisa serat kulit seperti benang pada kulit Cutting machine Cutting machine : 1. Hydraulic Seal 2. Hydraulic Filter 3. Hydraulic Motor
Matrix hole proses matrix (pemberian lubang ventilasi pada inlay sole) tidak terlubangi semua Cutting machine Cuting machine: 1. Hydraulic Seal 2. Hydraulic Filter 3. Hydraulic Motor
Substance Ketebalan dari produk tidak sesuai spesifikasi Moulding machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater 3. Thermocouple Splitting machine: 1. Fertinak 2. Grinding Stone 3. V-Belt
Glue on insole Terdapat bekas perekat pada insole None Handling operator
Notch to fit Antara kulit,lining dan foam tidak notch to notch None Handling operator
Silver marking Terdapat bekas marking berwarna silver dari proses penandaan kulit atau lining None Handling operator
Minor visible foam Foam terlihat sedikit melebar dari kulit atau lining Moulding machine Moulding Machine : 1. Solid State Relay 2. Heater 3. Thermocouple
Table 10.Sparepart yang berpengaruh terhadap Minor defect

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pembahasan pada setiap variabel nya sebagai berikut :

Proses PFMEA

Pada penelitian sebelumnya [8] melakukan penelitian terhadap pengembangan komponen elektronika terbaru. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa PFMEA yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap reliability, availibility, maintainability, risk analisys, supportability dan lain lain didasarkan pada kebutuhan maintenance tanpa mempertimbangkan critical sparepart mana yang sangat berpengaruh terhadap hasil dan kualitas produk . Sedangkan pada line produksi inlay sole semua kegiatan yang berkaitan erat dengan produksi harus berdasarkan peningkatan kualitas. Termasuk kegiatan maintenance. Proses PFMEA yang telah dilakukan dapat mengidentifikasi, membatasi, atau menghindari resiko yang timbul dalam penerapan suatu desain . Ketika potensi kegagalan dideteksi maka tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi potensi kegagalan yang terjadi [9]. Efeknya penerapan PFMEA dapat meningkatkan keandalan yang lebih tinggi, kualitas yang lebih baik dan keamanan atau safety yang tinggi [10]. Berdasarkan hasil dari perhitungan PFMEA diatas dapat diketahui bahwa nilai RPN tertinggi terdapat pada proses Proses Moulding dengan nilai RPN 576, Splitting dengan nilai RPN 384, dan Proses Cutting dengan niali RPN 336,

Pada proses cutting yang menggunakan mesin cutting swing arm. Nilai dari severity nya adalah 8. Ini terjadi karena apabila spare part yang digunakan berupa seal, hydraulic motor dan filter tidak optimal maka akan menyebabkan defect major berupa leather dan foam yang tidak terpotong secara sempurna. Menyebabkan perubahan bentuk dari produk yang terlihat jelas karena bentuk tidak sesuai dengan RS atau Refference Sample (contoh produk yang menjadi acuan kualitas bagi pihak production). Defect minor yang dihasilkan berupa hairy leather atau serat kulit yang tidak terpotong yang dapat dihilangkan pada bagian end control.Kemudian untuk Occurance bernilai 6 karena cukup jarang terjadi, karena spare part tersebut berada di dalam area powerpack mesin baik itu seal, hydraulic motor dan filter. Jadi tidak terekspos oleh suhu, kelembapan, kotoran dan debu dan lain lain. Sehingga sparepart tersebut cukup tahan lama. Pada nilai Detection bernilai 7 karena kerusakan atau kegagalan fungsi dari sparepart sulit untuk dideteksi, dalam proses pengecekan atau maintenance akses untuk memaintain sparepart tersebut sulit karena berada di dalam power pack (harus dibongkar).

Pada proses Splitting nilai severity bernilai 8. Hal ini dikarenakan apabila sparepart berupa fertinak, grinding stone dan v belt mengalami malfungsi akan berakibat pada major defect berupa loose leather atau serat kulit tertarik sehingga ukuran kulit menjadi lebih panjang, sehingga proses selanjutnya tidak dapat dilakukan. Minor defect berupa substance atau ketebalan inlaysole dan wrinkle atau kulit menjadi keriting karena tidak stabil ketebalanya. Nilai occurance bernilai 8 karena cukup sering terjadi malfungsi dari spare part tersebut. sparepart tersebut bersentuhan langsung dengan pisau yang bergerak sehingga cepat mengalami keausan. Kemudian untuk nilai detection bernilai 6 karena spare part cukup mudah terlihat, sehingga pengecekan cukup mudah dilakukan, namun untuk prose maintenance sulit karena harus melepas semua sparepart lain yang berhubungan.

Pada proses Moulding menggunakan mesin moulded, untuk nilai severity nya bernilai 9 karena apabila sparepart SSR (Solid State Relay), Thermocouple, dan Heater mengalami malfungsi maka kemungkinan besar akan menghasilkan major defect berupa fit with jig atau hasil tidak sesuai dengan jig yang digunakan. Visible foam karena SSR tidak dapat memutus heater ketika suhu terlalu tinggi, mould shape kare athermocouple tidak bisa mendeteksi suhu dengan benar sehingga produk tidak sesuai dengan RS (Refference Sample). Dan open moulded karena heater kurang panas sehingga glue tidak menempel pada lingin dan foam. Untuk minor adalah wrinkle atau kulit menjadi keriting dan substance atau ketebalan inlaysole tidak sesuai spek.

Untuk nilai Occurance dan detection masing masing bernilai 8 dan 8 karena kerusakan jarang terjadi (biasanya karena movement dari mesin dan operator yang tidak memperhatikan proses pemasangan mould sehingga menyebabkan hubungan singkat pada mesin). Untuk detection cukup sulit karena spare part berada di dalam mesin (tidak terlihat) sehingga perlu dilakukan proses breakdown mesin (pembongkaran mesin) utnuk dapat memaintain spare part tersebut.

Simpulan

Dari hasil analisa data yang telah dilakukan pada penelitian ini maka didapatkan kesimpulan :

Hasil dari analisis PFMEA yang dilakukan, nilai RPN didapatkan dengan mengalikan jumlah nilai dari severity, occurance dan detection masing masing nilai tersebut didapatkan dengan diskusi secara langsung kepada pihak yang terlibat dalam hal ini adalah Maintenance Manager dan Quality Staff. Hasil dari akhir dari PFMEA adalah mengambil 3 nilai tertinggi dari RPN, masing masing adalah: Proses Splitting dengan nilai RPN 384 dengan menggunakan Splitting Machine dengan sparepart fertinak, grinding stone, dan V-belt berpengaruh pada kualitas dari produk yang dihasilkan. Kemudian proses cutting dengan menggunakan Swingarm Cutting Machine memiliki nilai RPN 336 dengan sparepart yang berpengaruh adalah Hydraulic Motor, Hydraulic Seal dan Hydraulic Filter. Kemudian proses moulding dengan Moulded Machine dengan nilai RPN 576, spare part yang berpengaruh pada kualitas produk adalah Solid State Relay, Thermocouple dan Heater.

References

  1. M. Dudek-Burlikowska, "Application of FMEA method in enterprise focused on quality," J. Achiev. Mater. Manuf. Eng., vol. 45, no. 1, pp. 89–102, 2011.
  2. C. Paciarotti, G. Mazzuto, and D. D'Ettorre, "A revised FMEA application to the quality control management," Int. J. Qual. & Reliab. Manag., vol. 31, no. 7, pp. 788–810, Jul. 2014, doi: 10.1108/IJQRM-02-2013-0028.
  3. N. B. Puspitasari and A. Martanto, "PENGGUNAAN FMEA DALAM MENGIDENTIFIKASI RESIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI SARUNG ATM (ALAT TENUN MESIN) (STUDI KASUS PT. ASAPUTEX JAYA TEGAL)," J@TI Undip, vol. IX, no. 2, 2014.
  4. O. Motaghare, A. S. Pillai, and K. I. Ramachandran, "Predictive Maintenance Architecture," presented at the 2018 IEEE Int. Conf. Comput. Intell. Comput. Res. ICCIC 2018, pp. 1–4, 2018, doi: 10.1109/ICCIC.2018.8782406.
  5. J. Piatkowski and P. Kaminski, "Risk Assessment of Defect Occurrences in Engine Piston Castings by FMEA Method," Arch. Foundry Eng., vol. 17, no. 3, pp. 107–110, Sep. 2017, doi: 10.1515/AFE-2017-0100.
  6. M. Villacourt, "Failure Mode and Effects Analysis (FMEA): A Guide for Continous Improvement for the Semiconductor Equipment Industry," Sematech.Org, p. 36, 1992, [Online]. Available: http://www.sematech.org/docubase/document/0963beng.pdf%5Cnpapers2://publication/uuid/D6EFA3E1-8D84-4CFB-A745-6A9BDF84A381.
  7. Z. Yuan, Y. Chen, and N. Tang, "An integrated method for hardware FMEA of new electronic products," presented at the Proc. 2016 Progn. Syst. Heal. Manag. Conf. PHM-Chengdu 2016, Jan. 2017, doi: 10.1109/PHM.2016.7819875.
  8. K. Pickard, P. Muller, and B. Bertsche, "Multiple failure mode and effects analysis - An approach to risk assessment of multiple failures with FMEA," presented at the Proc. - Annu. Reliab. Maintainab. Symp., pp. 457–462, 2005, doi: 10.1109/RAMS.2005.1408405.
  9. H. Arabian-Hoseynabadi, H. Oraee, and P. J. Tavner, "Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) for wind turbines," Int. J. Electr. Power Energy Syst., vol. 32, pp. 817–824, 2010, doi: 10.1016/j.ijepes.2010.01.019.