Quality Control To Reduce Defects in Ceramic Production Using Six Sigma Method and Root Cause Analysis
Innovation in Industrial Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v22i.1041

Quality Control To Reduce Defects in Ceramic Production Using Six Sigma Method and Root Cause Analysis


Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Kecacatan Pada Produksi Keramik Menggunakan Metode Six Sigma dan Root Cause Analysis

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Quality Control Six Sigma Root Cause Analysis

Abstract

PT. Kualimas Aditama is a company engaged in the manufacturing sector. This company has been a ceramics producer for 23 years. However, the problem faced in this company is that the level of product defects produced exceeds the company's tolerance limits. The company provides an acceptable tolerance for defective products of 3, but in fact the production of 60x60cm ceramics for 6 months in February 2023 had a product defect of 3.2% exceeding the tolerance limit which had a defect value of 1505 Pcs and a DPMO value of 8064.68899 with a sigma level of 3.9. In the define stage there were 4 product defects that occurred, namely ripe gupil of 2,668 pcs, raw gupil of 2,158 Pcs, ceramic scratched of 1,255 pcs and edge cracks of 586 Pcs. This study aims to determine damage to ceramics, determine the level of defects in ceramics and provide suggestions for improvements to reduce the number of defects. As an effort to reduce product defects that occur at PT.Kualimas Aditama, it is necessary to carry out quality control using the Six Sigma and RCA methods to improve production quality. From the results of the analysis, it is obtained that the triggering factors for product defects include human, machine, environmental factors.

Highlights :

  • Six Sigma Approach: Utilizing Six Sigma methodology for quality control allows for systematic problem-solving and process improvement.
  • Root Cause Analysis (RCA): Identifying root causes of defects is crucial for implementing effective corrective measures.
  • Human, Machine, Environmental Factors: Recognizing and addressing these factors are essential in reducing product defects and improving production quality.

Keywords – Quality Control, Six Sigma, Root Cause Analysis

Pendahuluan

Kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu barang atau jasa yang berkaitan dengan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu dari pelanggan [1]. Pengendalian kualitas bertujuan agar suatu produk mendapatkan jaminan kualitas yang sesuai standar sejak proses produksi awal hingga akhir [2]. Pengendalian kualitas untuk menganalisis permasalahan yang terjadi, sehingga dapat di temukan sebuah solusi yang tepat untuk meminimalisir defect yang ada pada proses produksi [3]

PT. Kualimas Aditama adalah perusahan yang bergerak di bidang manufaktur perusahaan ini merupakan salah satu produsen keramik selama 23 tahun. berlokasi di Desa Sidokepung, JL. Industri, Kec. Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Perusahaan ini proses produksinya menggunakan production line atau jalur produksi yang mana proses produksinya berurutan dari 1 mesin ke mesin lainya, dalam tahapan proses pembuatan ubin keramik [4]. PT. Kualimas Aditama produksi keramik dengan ukuran 60x60 cm dalam proses produksi keramik dinding, terdapat berbagai proses yang harus dilewati agar bisa memproduksi produk keramik yang baik dan bagus untuk konsumen [5]. Namun permasalahan yang dihadapi didalam perusahaan ini yaitu adanya tingkat kecacatan produk yang dihasilkan melebihi batas toleransi dari peruahaan. Perusahaan memberikan toleransi produk cacat yang diijinkan sebesar 3%. Namun pada kenyataanya hasil produksi keramik 60x60cm selama 6 bulan pada bulan februari 2023 telah terjadi kecacatan produk sebesar 3,2% melebihi batas toleransi yang diberikan perusahaan sebesar [6]. Pengendalian kualitas proses produksi merupakan kegiatan perencanaan dan pengawasan proses produksi mulai dari bahan mentah belum diolah sama sekali, hingga bahan tersebut berubah menjadi produk jadi yang sesuai dengan standar perusahaan [7]. Apabila produk yang diproduksi oleh perusahaan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka produk tersebut masuk ke dalam kelompok produk cacat [8].

Salah satu cara untuk menganalisis pengendalian kualitas produk ini dilakukan dengan menggunakan metode six sigma pendefinisian (define), pengukuran (measure), penganalisaan (analyze), perbaikan (improve), dan pengendalian (control) karena dapat dipandang sebagai pengendalian proses produksi yang berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses [9] Selain itu menggunakan metode Root Cause Analysis merupakan metode perbaikan faktor penyebab dengan menganalisis apa, bagaimana, dan mengapa dapat terjadinya suatu faktor timbulnya defect yang bertujuan dapat menemukan akar penyebab sehingga perlu ada perubahan agar terhindar dari kesalahan [10], Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi defect pada proses produksi keramik di PT.Kualimas Aditama dimana masih terdapat beberapa defect yang sering terjadi mengakibatkan produk tidak bisa di pakai atau dijual lagi sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan Karena kurangnya pengawasan tentang quality control dan defect produksi.

Metode

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan kepala bagian dan quality conrol serta observasi, pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti serta memeriksa data dan fakta di lapangan yaitu bagaimana proses produksi berlangsung dan bagaimana kualitasnya. Pengumpulan data selama 6 bulan untuk mengetahui jumlah produksi, jumlah produk cacat, jenis dan jumlah kecacatan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Six Sigma dan tahap perbaikan dilakukan menggunakan metode Root Cause Analysis.

1. Six sigma Metode Six Sigma didalam suatu perusahaan, maka diharapkan perusahaan tersebut mampu memperbaiki suatu proses produksi dan meminimalisir jumlah cacat produk yang dihasilkan selama proses produksi dengan jumlah yang signifikan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi serta mampu meningkatkan posisi pasar dan memenuhi permintaan para konsumen [11]. Pada proses pengolahan data yang dilakukan didalam metode six sigma yaitu dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) [6].

Tahapan Six Sigma Yang harus dilakukan
Tahap Define Melakukan pendefinisian kriteria pemilihan proyek Six Sigma dan pendefinisian Critical to Quality (CTQ)
Tahap Measure Mengukur tingkat kinerja sekarang yang disebut sebagai baseline kinerja. Ukuran hasil baseline kinerja yang digunakan dalam Six Sigma adalah tingkat Defect per Million Opportunities (DPMO) dan pencapaian tingkat sigma. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai DPMO adalah sebagai berikut DPU = (1)DPO= (2)DPMO = DPO X 1.000.000 (3)
Tahap Analyze Menganalisis data berdasarkan cacat yang paling dominan dan mengidentifikasi penyebab masalah yang muncul atau akar permasalahan menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat.
Tahap Improve Tahap yang mengidentifikasi aktivitas perbaikan dengan memberikan rekomendasi usulan perbaikan dan menidaklanjuti analisa perbaikan dengan menggunakan Metode Root Cause Analzye (RCA)
Tahap Control Tahap ini dilakukan dengan tindakan perbaikan sesuai dengan usulan perbaikan yang sehingga dapat mengurangi cacat produk
Table 1.Tahapan-Tahapan Dalam Six Sigma

2. Root cuase analyze (RCA )

Metode RCA adalah metode perbaikan faktor penyebab dengan menganalisa apa,bagaimana,dan mengapa dapat terjadinya suatu faktor timbulnya defect yang bertujuan dapat menemukan akar penyebab sehingga perlu ada perubahan agar terhindar dari kesalahan [10]. Dalam metode ini menggunakan pendekatan 5W+1H untuk mengidentifikasi aktivitas penyebab terjadinya kecacatan produk [15]

Diagram alir penelitianDiagram alir menunjukan tahapan-tahapan dalam penelitian yang dilakukan, berikut ini merupakan diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1.

Figure 1.Diagram Alir Penelitian

Hasil dan Pembahasan

A . Tahap define ( critical to quality)

Tahap awal dalam proses ini adalah mengindentifikasi semua hal-hal yang menjadi bahan prioritas (critical to quality) pada proses produksi didalam perusahaan dan dapat diketahui bahwa yang menjadi data kecacatan diantaranya gupil matang, gupil mentah, goresan, retak tepi, selama 6 bulan yaitu periode september 2022 – februari 2023 yang dapat diuraikan sesuai tabel dibawah ini.

BULAN Total produksi (pcs) Total kecacatan produksi (Pcs) Jumlah total kecacatan % Cacat
Gupil matang Gupil mentah Goresan Retak tepi
September 40,549 473 333 187 74 1067 2.6%
Oktober 44,163 460 325 273 162 1220 2.8%
November 43,711 342 407 202 102 1053 2.4%
Desember 41,136 403 303 156 90 952 2.3%
Januari 42,105 383 248 184 55 870 2.1%
Februari 46,654 607 542 253 103 1505 3.2%
Table 2. Critical To Quality

Dari tabel 2 diketahui bahwa pada tiap bulannya terdapat produk cacat yang melebihi batas toleransi produk cacat yang sudah di tetapkan perusahaan sebesar 3% oleh sebab itu PT.Kualimas Aditama harus segara melakukan tindakan Pengendalian kualitas agar tidak terjadi cacat produk kedepannya. Dalam tabel 2 tersebut di ketahui nilai angka cacat produk tertinggi yaitu terjadi pada bulan Februari 2022 dengan jumlah cacat produk sebesar 1505 pcs, Gupil matang 607, Gupil Mentah 542, Goresan 253, Retak Tepi 103 dengan presentase 3.2%.

B. Tahap measure (pengukuran)

Dalam tahap measure dilakukan evaluasi pada kegiatan proses produksi di PT. Kualimas Aditama, dan menentukan Critical To Quality (CTQ). Berikut adalah, hal - hal yang dilakukan dalam fase pengukuran/ measure : Pengukuran dilakukan dari segi tingkat kecacatan serta mengukur baseline kinerja dalam kurun waktu 6 bulan September – februari 2023. Untuk baseline kinerja, yang akan dicari adalah tingkat DPMO dan level sigma.

1. Histogram

Figure 2.Histogram Cacat Produksi

Berdasarkan gambar 2 histogram cacat produksi di PT. Kualimas Aditama dalam kurun waktu 6 Bulan yaitu, pada periode bulan bulan September – februari 2023. Dapat disimpulkan bahwa cacat terbesar dalam kurun waktu 6 bulan tersebut yaitu cacat Gupil Matang dengan simbol warna merah sebesar 2668 pcs. Gupil Mentah dengan simbol warna kuning sebesar 2158 pcs Goresan dengan simbol warna hijau sebesar 1255 pcs, untu Retak Tepi simbol warna biru sebesar 586 pcs.

2. Peta kendali pPembuatan peta kendali bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang bisa konsisten atau variabel yang tidak bisa diperkirkan sehingga keluar baris yang dipengaruhi oleh sebab masalah yang kompleks. Berikut tahapan peta kendali p-chart:

Bulan Total Produksi (Pcs) Total Kecacatan Produksi (Pcs) Jumlah Total Kecacatan P UCL CL LCL
Gupil Matang Gupil Mentah Goresan Retak Tepi
September 40,549 473 333 187 74 1067 0.026314 0.0289 0.0258 0.0227
Oktober 44,163 460 325 273 162 1220 0.027625 0.0288 0.0258 0.0228
November 43,711 342 407 202 102 1053 0.002334 0.0288 0.0258 0.0228
Desember 41,136 403 303 156 90 952 0.023143 0.0289 0.0258 0.0227
Januari 42,105 383 248 184 55 870 0.020663 0.0289 0.0258 0.0227
Februari 46,654 607 542 253 103 1505 0.032259 0.0287 0.0258 0.0229
Jumlah 258,318 2,668 2,158 1,255 586 6,667
Table 3.perhitungan CL, UCL, LCL

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa diagram kontrol P yang terbentuk memiliki nilai garis tengah sebesar 0,026 dan kontrol batas atas maupun bawah yang berbeda-beda setiap pengamatan. Berdasarkan peta kendali tersebut, terdapat 1 titik yang berada diluar batas kendali, yaitu pada bulan oktober tahun 2022 berada diluar batas kendali atas (UCL). Sehingga dapat dikatakan bahwa proses produksi di PT Kualimas Aditama dikatakan belum terkendali. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan perbaikan untuk defect yang keluar dari batas kendali Rumus untuk menghitung persentase kecacatan adalah :

p=jumlah produk cacat/jumlah produksi

Contoh perhitungan proporsi produk cacat Bulan September :

p=6667/258.318=2.58

Jadi, garis pusat rata-rata dari kecacatan keramik adalah 0.026

3. Menghitung batas kendali atas upper control limit ( ucl) Upper Control Limit merupakan suatu ukuran dalam statistik pada sebuah proses tersebut terdapat penyimpangan atau tidak dalam sebuah batas kendali atas yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Figure 3.

Dari rumus diatas, maka di dapatkan perhitungan sebagai berikut :a. Perhitungan bulan september

Figure 4.

Menghitung Batas Kendali Bawah atau Lower Control Limit ( LCL) Lower Control Limit merupakan suatu ukuran dalam statistik pada sebuah proses tersebut terdapat penyimpangan atau tidak dalam sebuah batas kendali bawah yang menggunakan rumus sebagai berikut:

b. Perhitungan bulan September

Figure 5.

Gambaran dari peta kontrol kendali P produk tile di PT. Kualimas Aditama dalam kurun waktu 6 bulan yaitu, periode bulan September- Februari 2023.

Figure 6. Diagram P chart

Berdasarkan gambar 3 peta kontrol kendali P produk tile di PT. Kualimas Aditama dalam kurun waktu 6 Bulan. Dapat disimpulkan bahwa kapabilitas proses di PT. Kualimas Aditama tidak berjalan dengan baik karena masih terdapat titik sample yang masih keluar dari batas LCL dan UCL. Sehingga perlu dilakukannya pengendalian kualitas pada produk tile di PT. Kualimas Aditama.Berikut adalah tabel yang digunakan untuk mengukur nilai DPMO dan Sigma berdasarkan jumlah kecacatan proses pembuatan keramik seperti dibawah ini :

Bulan Total Produksi (Pcs) Jumlah Kecacatan DPU CTQ DPO DPMO SIX SIGMA
September 40,549 1067 0.02631 4 0.1052554 6578.46063 3.98
Oktober 44,163 1220 0.02762 4 0.110500 6906.23373 3.96
November 43,711 1053 0.02409 4 0.096360 6022.5115 4.01
Desember 41,136 952 0.02314 4 0.092571 5785.6865 4.02
Januari 42,105 870 0.02066 4 0.0826505 5165.65729 4.06
Februari 46,654 1505 0.03226 4 0.129035 8064.68899 3.91
Jumlah 258,318 6,667 0.15409 0.616372 38,523 3.99
Table 4.Perhitungan DPMO dan Sigma

Nilai sigma diatas dari tabel konvrensi nilai konversinya yaitu 2.5017 nilai ini berada pada level 3 sigma artinya perusahaan perlu meningkatkan kualitas proses produksi keramik untuk mencapai zero defect nilai DPMO kedalam nilai sigma dengan menggunakan tabel sigma di ketahui nilai rata-rata sigma proses produksi keramik adalah sebesar 3.99 sehingga perusahaan tersebut perlu melakukan peningkatan kualitas untuk mencapai kontrol proposi maksimum.

Berikut adalah contoh uraian perhitungan manual untuk mencari nilai DPMO yang akan dikonversikan kedalam nilai sigma seperti rumus yang digunakan untuk menghitung nilai DPU, DPO, DPMO dan Sigma bulan juli seperti dibawah ini.

4. Menghitung DPMO dan nilai sigmaMenghitung DPU/ defect per unit pada bulan September - Februari.

a) Defect per Unit (DPU) DPU=Banyak cacat/Banyak unit=0.026

b) Defect per Opportunity (DPO) DPO=Banyak cacat/Baanyak unit x CTQ=0.105255

c) Defect per Million Opportunity (DPMO)DPMO=DPO x 1.000.000=15255

Dikarenakan, dalam tabel nilai 15255 tidak ada, maka menggunakan interpolasi:

DPMO 15800, Nilai konversinya = 2.5DPMO 15255, Nilai konversinya = ...?DPMO 13500, Nilai konversinya = 2.6Maka,

X = 2.6 + x (2.5-2.6 ) = 2.6 + x (-0.1 ) = 2.6 + 0.9813 x (-0.1) = 2.6 + (-0.09831) =2.5017

Jadi untuk nilai DPMO 15255, nilai konversinya yaitu 2.5017 nilai ini berada pada level 3 sigma artinya perusahaan perlu meningkatkan kualitas proses produksi keramik untuk mencapai zero defect

d) Menghitung Level Sigma :=NORMSINV (1- dpmo/1.000.000) + SHIFT=NORMSINV (1- 6578.4606.358102059086)+ 1,5Hasilnya adalah 3,98 Jadi, tingkat kualitas produk berada di level sigma 3.979493. Sehingga hasil ini menunjukkan bahwa cukup yang terjadi pada proses produksi.

A. Tahap analyzePada tahap ini menentukan cacat dominan menggunakan diagram pareto dan mencari akar penyebab permasalahan menggunakan diagram sebab akibat. Berikut merupakan perhitungan presentase dan komulatif produk cacat seperti tabel 5.

1. Diagram pareto

Jenis Cacat Jumlah Cacat Frekuensi Kumulatif Presentase (%) Kumulatif (%)
Gupil Matang 2,668 2,668 40% 40%
Gupil Mentah 2,158 4,826 32% 72%
Goresan 1,255 6,081 19% 91%
Retak Tepi 586 6,667 9% 100%
Jumlah 6,667 100%
Table 5.Perhitungan presentase dan komulatif produk cacat

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui perincian defect dari masing-masing unit selama 6 bulan terhitung mulai bulan September sampai februari sehingga di dapatkan hasil 6.667 defect. Berikut diagram pareto yang dihasilkan dari tabel diatas seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Figure 7.Diagram Pareto Produk Cacat

Berdasarkan gambar 4 data yang sudah di lakukan pengujian dengan diagram pareto diatas terdapat keempat jenis cacat atau defect yang memiliki nilai tertinggi dan dominan diantara unit yang lain adalah gupil matang dengan presentase 40% yang memiliki jumlah cacat sebesar 2,668 pcs yang dijadikan sebagai prioritas untuk tindakan perbaikan pada produk keramik.

2. Fishbone diagram

Fishbone diagram ialah merupakan langkah untuk mencari akar penyebab permasalahan dari 4 jenis cacat produk yang memiliki persentase sebesar 40% yang terdapat pada cacat gupil matang dari total keseluruhan jumlah cacat produk keramik yang terjadi di PT. Kualimas Aditama. Berikut merupakan gambar diagram fishbone pada kecacatan gupil matang seperti gambar 5 dibawah ini.

Figure 8.Fishbone Diagram Gupil Matang

Berdasarkan gambar 5 dapat di analisa bahwa defect yang terjadi pada proses produksi adalah gupil matang di karenakan 5 faktor yaitu factor material temperature pada proses peleburan terlalu rendah, faktor ,metode jarak antara tile terlalu rapat, factor lingkungan lingkungan kerja kurang bersihh, factor mesin kurangnya perawatan pada mesin, factor manusia kurang teliti dalam bekerja dan skill pekerja kurang bagus yang menyebabkan defect gupil matang.

B. Tahap improve (5w+1h)

Pada tahap improve ini merupakan tahapan pada suatu rencana peningkatan kualitas terhadap cacat yang terjadi pada saat proses produksi di PT. Kualimas Aditama setelah di ketahui jenis cacat yang dominan terjadi, sehingga ada fakta-fakta yang jadi penyebab cacat, makan tahap selanjutnya dibuat rencana perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pada produk yang di hasilkan dengan menggunakan metode Root Cause Analysis. Berikut merupakan tabel 5W+1H pada cacat gupil matang seperti pada tabel 6.

Faktor Dominan Penyebab Dominan Why What Where When Who How
Mengapa perludiperbaiki? Apa rencana perbaikannya? Di mana perbaikan dilakukan Kapan perbaikan dilakukan Siapa pelaku perbaikan Bagaimana cara perbaikan?
Manusia Kurangnya pengawasan dalam pekerja dan kurang teliti dalam pekerja Agar operator tidak lalai saat pengawasan terhadap mesin Pengawasan Di Area produksi Oktober 2023 -November 2023 Operator Produksi, Kepala bagian Meningkatkan pengawasan terhadap pekerjas
Mesin Setting mesin kurang tepat Cetakan mesin yang kotor menyebabkan gupil Perbaikan Di Area produksi Oktober 2023 -November 2023 Operator Produksi, Kepala bagian, Mekanik Melakukan penjadwal untuk membersihkan cetakan mesin yang teratur
lingkungan Suhu ruangan panas Agar operator menjalankan pekerjaannya dengan nyaman Relayout Di Area produksi Oktober 2023 -November 2023 Seluruh pekerja Penambahan ventilasi dan siklun udara
Metode Saat masuk input kiln, pergerakan tile miring Agar tile lurus tidak terjadi benturan Pengaturan mesin Di Area produksi Oktober 2023 -November 2023 Operator produksi Mengatur kecepatan mesin yang masuk ke kiln
Bahan baku Pencampuran bahan kurang merata Agar pencampuran bahan baku merata dan hasil maksimal Pengawasan Di Area produksi Oktober 2023 -November 2023 Operator produksi Melakukan pengecekan berkala pada proses mixing
Table 6.Perbaikan 5W+1H Gupil matang sebagai berikut :

C. Tahap perbaikan

Pada tahap ini berisi tentang pengendalian yang berfokus pada perbaikan yang akan dilakukan dapat terus berlanjut. Perbaikan yang dilakukan oleh standart operasional prosedur (SOP) dalam melakukan pengawasan terhadap penyebab terjadinya cacat produk supaya bisa diminimalisir serta meningkatkan kualitas serta mengurangi bahan-bahan yang tidak baik. Berikut merupakan tabel usulan perbaikan.

FAKTOR PENYEBAB USULAN PERBAIKAN
Manusia Kurangnya pengawasan dalam pekerja dan kurang teliti dalam pekerja Memberikan Pengawaasan kepada setiap pekerja
Mesin Setting mesin kurang tepat Cheklist pengontrolan oleh kepala bagian dan tim Quality yang dibuat per-hari, sehigga bisa mengontrol mesin pada proses produksi sehingga secara cepat bisa melakukan perbaikan ketika terdapat masalah di area produksi.
Lingkungan Suhu ruangan panas Memberikan penambahan blower udara pada area produksi. Agar pekerja bekerja dengan nyaman.
Metode Saat masuk input kiln, pergerakan tile miring Melakukan pengecekan dan kontrol selama proses produksi berlangsung, dan memastikan operator melakukan proses sesuai dengan standar yang ada
Bahan Baku Pencampuran bahan kurang merata Ketelitian pekerja harus ditingkatkan lagi agar tidak menimbulkan hal fatal dalam pembuatan bahan baku keramik
Table 7.Usulan Perbaikan

Analisa dan pembahasan

Hasil pengolahan data dengan menggunakan integrasi metode Six sigmadan Root Cause Analys tersebut didapatkan proses perhitungan diagram pareto diketahui bahwa 40% kecacatan tertinggi mengakibatkan cacat pada produksi keramik adalah Gupil Mentah. Kemudian untuk langkah selanjutnya dilakukan perhitungan diagram peta kontrol diperoleh batas kendali atas (UCL) sebesar 0.021 dan batas kendali bawah (LCL) sebesar 0,016 dengan P (proporsi rata-rata) sebesar 0.115547 yang artinya kecacatan yang terjadi pada perusahaan tersebut pada proporsi rata-rata 0.11 atau 11% sehingga perusahaan tersebut perlu melakukan peningkatan kualitas untuk mencapai kontrol proporsi maksimum yaitu 0%.

Rekomendasi perbaikan

Menerapkan atau memberi wawasan tentang pentingnya kualitas produksi yang melewati batas kritisnya. Contohnya seperti adanya cacat gupil matang pada proses produksi keramik. Karena nanti akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi, atau akan memberikan efek buruk jangka panjang. Oleh karena itu pemberian wawasan sangat penting apalagi pekerja yang mempunyai pendidikan serta pengetahuan yang minim mengenai bagaimana proses yang baik untuk mencapai kualitas produksi yang sesuai dengan standart pabrik. Perbaikan yang tepat untuk kecacatan yang disebabkan metode yaitu mengadakan pelatihan kepada pekerja untuk menunjukkan kepada pekerja tentang penjagaan produk ayam yang baik dalam perusahaan tersebut.

K esimpulan

Berdasarkan pengumpulan data, baik pendahuluan maupun final, dan sesuai dengan wawancara dengan karyawan lapangan dari PT. Kualimas Aditama bahwa dalam proses produksi keramik ada 4 jenis kecacatan yang telah di jelaskan pada tahap define yaitu Gupil Mentah, Gupil Matang, Goresan, Retak Tepi. Sednagkan untuk nilai kecacatam tertinggi disebabkan oleh gupil Matang dengan presentase 40%, Gupil Mentah dengan presentase 28% Kemudian Goresan 20% dan tingkat yang paling terendah terletak pada Retak Tepi dengan presentase 11 % .Terdapat alternatif perbaikan yang mana untuk mengurangi jumlah defect, yakni pengecekan berbagai bagian mesin yang berada di produksi dengan adanya checklist setiap harinya serta mengganti bagian mesin yang sudah rusak ataupun yang sudah habis masa pakainya, dan pengadaan training yang mana rutin dilakukan kepada operator yang dijadwalkan setiap tiga bulan sekali.

Saran Untuk penelitian selanjutnya Penelitian yang di lakukan sekarang sangat kurang sempurna untuk identifikasi tahap define hanya dilakukan 6 bulan dan untuk usulan mungkin sangat umum . sehingga peneliti lain dapat menyempurnakan kekuarangan dari penelitian ini.

References

  1. S. A. Saputri and I. Novitaningtyas, "Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Review Beauty Vlogger Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik," Among Makarti, vol. 15, no. 1, pp. 65–76, 2022, doi: 10.52353/ama.v15i1.243.
  2. Astuti, "Perbaikan Kualitas pada Produksi Gentong Menggunakan Metode Seven Tools (Studi Kasus: Home Industry Bapak Ojid)," Barometer, vol. 6, no. 1, pp. 307–312, 2021, doi: 10.35261/barometer.v6i1.4444.
  3. P. Vulkanisir and B. A. N. Ring, "Analisis Seven Tools Pada Pengendalian Kualitas," Satuan Tulisan Ris. dan Inov. Teknol., vol. 5, no. 3, pp. 252–262, 2021.
  4. S. Yusuf and H. Ahyadi, "Peningkatan Kualitas Proses Assembly Line 1 Dengan Menggunakan Statistical Quality Control (SQC) Pada PT. X," Sainstech J. Penelit. dan Pengkaj. Sains dan Teknol., vol. 29, no. 2, pp. 11–18, 2019, doi: 10.37277/stch.v29i2.332.
  5. H. Muhamad Ali Pahmi, "Perbaikan Kualitas Produk Dengan Metode SIX SIGMA DMAIC Di Perusahaan Keramik," JENIUS J. Terap. Tek. Ind., vol. 1, no. 1, pp. 47–57, 2020, doi: 10.37373/jenius.v1i1.20.
  6. Suhadak and T. Sukmono, "Improving Product Quality With Production Quality Control," PROZIMA (Productivity, Optim. Manuf. Syst. Eng., vol. 4, no. 2, pp. 41–50, 2021, doi: 10.21070/prozima.v4i2.1306.
  7. W. N. Adji, "Pengendalian Kualitas Proses Produksi Konveksi Pada PT Kaosta Sukses Mulia," J. Ilm. Manaj. Kewirausahaan, vol. 9, no. 1, pp. 67–80, 2022, [Online]. Available: http://stieamsir.ac.id/journal/index.php/man/article/view/146
  8. Sari, "Pengendalian Kualitas Proses Produksi Kopi Arabika pada UD. Cipta Lestari di Desa Pujungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Kualitas kini telah menjadi pertimbangan utama bagi seorang konsumenalam memenuhi kebutu," vol. 8, no. 4, pp. 2495–2523, 2019.
  9. M. H. Alamin and H. C. Wahyuni, "Travo Quality Control Analysis In Travo Testing Process Using Six Sigma Method And Quality Control Circle (QCC) In PT. Bambang Djaja," Procedia Eng. Life Sci., vol. 1, no. 2, pp. 2021, doi: 10.21070/pels.v1i2.925.
  10. R. Amelia Putri, "Analisis pengendalian kualitas pada produk x menggunakan diagram pareto dan metode root cause analysis (rca)," vol. 1, no. 2, pp. 384–391, 2022.
  11. U. Maarif and H. Latif, "Pendekatan Six Sigma untuk Analisis Kualitas," vol. 5, pp. 1–9, 2022.
  12. A. F. Burhanuddin and W. Sulistiyowati, "Quality Control Design to Reduce Shoes Production Defects Using Root Cause Analysis and Lean Six Sigma Methods Perancangan Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Produksi Sepatu Menggunakan Metode Root Cause Analysis Dan Lean Six Sigma," vol. 2, no. 2, 2022.
  13. R. B. Erlangga and H. C. Wahyuni, "Application of Quality Control using Six Sigma and Taguchi Method on UMKM Kerupuk Tahu Bangil in Pandemic Period (Case Study: UD. Sanusi)," Procedia Eng. Life Sci., vol. 3, no. December, 2023, doi: 10.21070/pels.v3i0.1331.
  14. A. Juwito and A. Z. Al-Faritsyi, "Analisis Pengendalian Kualitas untuk Mengurangi Cacat Produk dengan Metode Six Sigma di UMKM Makmur Santosa," J. Cakrawala Ilm., vol. 1, no. 12, pp. 3295–3315, 2022, [Online]. Available: http://bajangjournal.com/index.php/JCI
  15. O. A. Muchammad, A. H. Maksum, and M. T. Rachmat, "Analisis Pengendalian Kualitas Produk Part Arm Rear Brake KWBF dengan Metode Six Sigma (DMAIC)," vol. VIII, no. 2, pp. 5322–5334, 2023.
  16. A. Z. Al-faritsy, A. S. Wahyunoto, J. T. Industri, U. T. Yogyakarta, and K. Yogyakarta, "Analisis Pengendalian Kualitas Produk Meja Menggunakan Metode Six Sigma Pada PT XYZ," vol. 4, no. 2, pp. 52–62, 2022.